Chagatai Khan | |
---|---|
Patung Chagatai Khan di
Mongolia
|
|
Khan Kekhanan Chagatai | |
Berkuasa | 1227 – 1242 |
Penerus | Qara Hülëgü |
|
|
Kelahiran | ca 1184 |
Kematian | 1242 |
Permaisuri |
|
Keturunan |
|
Wangsa | Borjigin |
Ayah | Genghis Khan |
Ibu | Börte |
Chagatai Khan ( ᠴᠠᠭᠠᠲᠠᠶ ; [ a ] ca 1184 – 1242) adalah seorang putra dari Jenghis Khan dan tokoh penting pada masa awal Kekaisaran Mongol . Sebagai putra kedua dari istri Jenghis Börte , Chagatai dikenal berkat pengetahuan mendalamnya terhadap hukum dan adat Mongol , yang sangat ia patuhi, dan temperamennya yang keras. Karena Jenghis merasa bahwa Chagatai terlalu kaku, terutama karena Chagatai tidak pernah menerima legitimasi dari kakaknya Jochi , Jenghis pun mengecualikan Chagatai dari daftar suksesi takhta Mongol. Walaupun begitu, Chagatai merupakan tokoh kunci dalam mewujudkan stabilitas di kekaisaran pasca kematian Jenghis dan selama masa pemerintahan dari adiknya Ögedei Khan .
Chagatai memegang komando militer bersama para saudaranya selama penaklukan dinasti Jin oleh Mongol pada tahun 1211 dan invasi Kekaisaran Khwarazmia pada tahun 1219. Selama invasi Kekaisaran Khwarazmia, Chagatai ditunjuk untuk memegang peran penting dalam mengatur logistik, selain tetap bertanggung jawab di medan tempur. Namun, Chagatai kemudian dikecam setelah berselisih dengan Jochi selama Pengepungan Gurganj . Setelah kampanye tersebut, Chagatai mendapat wilayah yang luas di Asia Tengah, yang ia pimpin hingga meninggal. Ia kemudian berselisih dengan para pejabat sipil seperti Mahmud Yalavach mengenai masalah yurisdiksi dan menasihati Ögedei mengenai masalah kepemimpinan. Chagatai meninggal tidak lama setelah Ögedei meninggal pada tahun 1242. Para keturunannya kemudian memimpin wilayahnya sebagai Kekhanan Chagatai .
Biografi
Kehidupan awal dan kepribadian
Ibu dari Chagatai, Börte , lahir pada suku Onggirat , yang tinggal di sepanjang pegunungan Khingan Raya di selatan Sungai Ergüne , yang kini berada di Mongolia Dalam . [ 2 ] Börte kemudian menikahi pemimpin Mongol [ b ] bernama Temüjin ca 1178 setelah bertunangan selama tujuh tahun. [ 4 ] Setelah melahirkan seorang putri bernama Qojin, Börte diculik dan dirudapaksa oleh anggota dari suku Merkit —ayah kandung dari anak berikutnya, seorang putra bernama Jochi , pun tidak pernah diketahui, meskipun Temüjin mengakuinya sebagai anak kandung. [ 5 ] Chagatai, yang lahir pada akhir tahun 1183 atau 1184, pun menjadi putra kandung sah pertama dari Temüjin. [ 6 ] Chagatai memiliki enam adik kandung, yakni dua adik laki-laki bernama Ögedei dan Tolui , serta empat adik perempuan bernama Checheyigen , Alaqa , Tümelün, dan Al Altan. [ 7 ]
Pada tahun 1206, setelah menyatukan suku-suku Mongolia , Temüjin mengadakan sebuah rapat besar yang disebut sebagai kurultai di mana ia diangkat sebagai "Jenghis Khan". [ 8 ] Temüjin kemudian menata kembali bangsa barunya, dengan membaginya ke para anggota dari dinastinya. Chagatai mendapat wilayah di dekat Pegunungan Altai yang sebelumnya dikuasai oleh suku Naiman . Chagatai juga mendapat 4.000 atau 8.000 orang yang berasal dari suku , Barlas , Suldus , Sonit, dan Dughlat . [ 9 ] Dua istri utama dari Chagatai adalah wanita Onggirat bernama Yesülün dan Tögen, putri dari sepupu Börte yang bernama Qata. Yesülün adalah istri yang paling ia sayang dan ibu dari putra yang paling ia sayang Mutukan . [ 10 ] Putra lain dari Chagatai yang diberi nama meliputi Mochi Yaba, putra dari salah satu pelayan Yesülün, sehingga kurang diakui oleh Chagatai, serta Balgashi, Sarban, Yesu-Mongke , dan Baidar , yang ibunya tidak diketahui. [ 11 ]
Chagatai dikenal berkat keahliannya dalam adat dan hukum Mongol, terutama ketika harus mengikuti kemauan khan. [ 12 ] Menurut sejumlah sumber, Jenghis mempercayai Chagatai dan saudara angkatnya Shigi Qutuqu untuk mengelola kitab hukum yang dikenal sebagai Yasa . [ 13 ] Penulis sejarah abad pertengahan seperti Juzjani pun mencatat ketegasan Chagatai dalam menafsirkan hukum dan kerasnya temperamen Chagatai. [ 14 ]
Kampanye militer
Bersama saudaranya, Jochi dan Ögedei, Chagatai memimpin sayap kanan dalam invasi tahun 1211 terhadap dinasti Jin Tiongkok. Pasukan Mongol bergerak ke arah selatan dari markas kampanye Jenghis di wilayah yang kini berada di Mongolia Dalam pada bulan November 1211. Awalnya mereka menyerang kota-kota di wilayah antara Hohhot dan Datong . Mereka kemudian menyusuri Pegunungan Taihang untuk menuju ke Shanxi , yang mereka jarah pada musim gugur tahun 1213, sehingga mereka menguasai padang rumput dari pasukan kavaleri musuh mereka. [ 15 ] Selama invasi Kekaisaran Khwarazmia tahun 1219 , Chagatai ditugaskan untuk membangun jembatan dan memelihara jalan untuk mempercepat pergerakan pasukan Mongol serta menjaga agar jalur komunikasi tetap terbuka. Dalam menjalankan tugas tersebut, ia dibantu oleh pengikutnya, Zhang Rong (1158–1230). [ 16 ]
Ia dan Ögedei lalu ditugaskan untuk mengepung kota Otrar , yang gubernurnya Inalchuq memprovokasi pengepungan tersebut, sementara ayah dan saudara mereka tetap bergerak. Penduduk kota tersebut melawan dengan sengit selama lima bulan, tetapi kemudian dilemahkan oleh pembelotan dari seorang jenderal terkemuka, yang dieksekusi mati oleh Ögedei and Chagatai karena ketidaksetiaannya. Kota tersebut akhirnya berhasil direbut pada bulan Februari 1220, dengan Inalchuq tetap bertahan selama satu bulan di benteng sebelum akhirnya berhasil ditangkap. [ 17 ] Untuk membalas tindakan Inalchuq, pasukan Mongol membunuh atau memperbudak seluruh penduduk kota tersebut, serta menjarah dan menghancurkan kota tersebut. [ 18 ] Chagatai dan Ögedei lalu menyerahkan Inalchuq ke ayah mereka dalam pengepungan Samarkand . Inalchuq kemudian dieksekusi mati secara terbuka. [ 19 ]
Chagatai dan Ögedei kemudian dikirim untuk bergabung dengan Jochi dalam Pengepungan Gurganj , ibu kota dari Kekaisaran Khwarazmia . [ 20 ] Pengepungan tersebut berlangsung lama, antara empat hingga tujuh bulan, dan sangat keras. Pasukan Khwarazmia memaksa pasukan Mongol untuk terlibat dalam perang perkotaan dari rumah ke rumah, dengan sebagian besar kota akhirnya hancur akibat pembakaran nafta atau banjir dari bendungan yang jebol. [ 21 ] Setelah kota tersebut berhasil direbut pada bulan April 1221, penduduknya dibantai atau diperbudak. [ 22 ] Narasi umum terkait pengepungan tersebut menuturkan bahwa Jochi dan Chagatai berselisih mengenai cara terbaik untuk menangani kota tersebut, karena Jochi menganggap bahwa kota yang kaya tersebut akan menjadi bagian dari wilayah kekuasaannya dan tidak ingin menghancurkannya. Di sisi lain, Chagatai tidak memiliki pemikiran seperti itu. Setelah mendengar mengenai perselisihan tersebut, Jenghis memerintahkan agar Ögedei diangkat untuk memimpin para saudaranya. [ 23 ] Namun, sejarawan Christopher Atwood berpendapat bahwa narasi tersebut merupakan rekaan pada masa berikutnya yang dirancang untuk memperkuat hak dari Ögedei untuk memimpin kekaisaran tersebut dan bahwa Jochi nyatanya masih diutamakan selama pengepungan tersebut. [ 24 ]
Chagatai kembali memihak ayahnya selama pengepungan Taliqan , yang akhirnya berhasil direbut pada musim panas tahun 1221. [ 20 ] Tanpa sepengetahuan Chagatai, putra kesayangannya, Mutukan, meninggal saat mengepung , yang penduduknya kemudian dibantai oleh pasukan Mongol atas permintaan dari istri Mutukan. Jenghis yang murka dengan banyaknya pasukan Mongol yang gugur dalam pengepungan Gurganj pun memutuskan untuk memberi pelajaran kepada Chagatai mengenai pengendalian diri. Jenghis mengajak Chagatai ke tendanya dan menuduhnya tidak mengikuti perintah. Chagatai lalu menjawab bahwa ia lebih baik dieksekusi mati daripada tidak patuh. Jenghis kemudian memberitahu tentang kematian Mutukan dan memerintahkan agar Chagatai tidak berduka. Chagatai pun dapat mengendalikan diri dan baru menangisi kematian Mutukan setelah menyendiri. [ 25 ] Chagatai lalu hadir saat kekalahan pangeran Khwarazmia Jalal al-Din dalam Pertempuran Indus pada bulan November 1221, dan memimpin barisan belakang selama kampanye terakhir ayahnya melawan negara Xia Barat . [ 26 ]
Pertanyaan suksesi

Suku-suku stepa Mongol tidak memiliki sistem suksesi tetap, dan cenderung memilih suksesor melalui kurultai yang diadakan pasca kematian pemimpin, dan kurultai tidak diwajibkan untuk mengikuti keinginan dari pemimpin sebelumnya [ 28 ] [ 29 ] Meskipun sejumlah orang Mongol berpendapat bahwa sifat-sifat Chagatai akan menjadikannya suksesor yang sangat baik, Jenghis merasa bahwa Chagatai terlalu kaku dan berpikiran sempit, sehingga menandakan infleksibilitas yang membuatnya tidak cocok untuk menjadi pemimpin. [ 30 ] Jenghis juga khawatir dengan ketidaksukaan Chagatai terhadap Jochi, yang dianggap oleh Chagatai sebagai anak haram . Pada suatu rapat keluarga, Chagatai diberitakan menyebut Jochi sebagai "anak haram Merkit" dan kemudian berselisih dengan Jochi di depan Jenghis. Atas alasan tersebut, Jenghis pun mengecualikan Chagatai dari daftar suksesi takhta. Jochi juga dikecualikan, karena ia dirumorkan sebagai anak haram, walaupun Jenghis sebenarnya tidak mempermasalahkannya. Adik mereka, Ögedei, lah yang akhirnya dipilih sebagai suksesor. [ 31 ]
Pasca kematian Jenghis Khan pada tahun 1227, Chagatai memainkan peran penting dalam menstabilisasi kekaisaran sebelum Ögedei naik takhta pada tahun 1229. Tolui, yang mengambil alih kekuasaan dan juga menjadi kandidat suksesor, sempat mempertimbangkan untuk berupaya menjadi suksesor. Chagatai, yang pasca kematian Jochi c. 1225 menjadi putra tertua dari Jenghis, bersama banyak orang lainnya tetap setia pada keinginan dari Jenghis, dan mencegah perebutan kekuasaan. Chagatai kemudian memimpin upacara penobatan Ögedei bersama Tolui dan paman mereka Temüge yang merupakan pengikut setia dari Ögedei selama masa pemerintahannya. [ 32 ] Sebagai balasannya, Ögedei sering meminta nasihat dari Chagatai dan mengutus putra sulungnya Güyük untuk bertugas sebagai salah satu pengawal Chagatai. [ 33 ] Meskipun demikian, Chagatai tetap menegur Ögedei karena terlalu banyak minum alkohol dan membuat Ögedei setuju untuk membatasi jumlah cangkir alkohol yang ia minum. Ögedei lalu mengakali pembatasan tersebut dengan mencari cangkir yang sangat besar. [ 34 ]
Penguasa di Asia Tengah

Pasca berakhirnya kampanye Khwarazmia, Chagatai mendapat wilayah di Asia Tengah, yang membentang dari bekas wilayah Uighur dekat Almaliq , yang menjadi ibu kota dan rumah musim panasnya, hingga ke sungai Amu Darya di Transoxiana , yang menjadi rumah musim dinginnya. [ 35 ] Wilayah tersebut, yang kini meliputi Uzbekistan , Tajikistan , Kirgizstan , Kazakhstan bagian selatan, dan sebagian dari Xinjiang di Tiongkok, dipimpin oleh negara Qara Khitai selama akhir dekade 1100-an, dan dihuni oleh campuran masyarakat nomaden dan permanen. Chagatai dan keturunannya sebagian besar tetap nomaden dalam tradisi Mongol dan sering berselisih dengan gubernur dari permukiman di Transoxiana, yang bukan merupakan perwakilan dari klan Chagatai, tetapi perwakilan dari penguasa kekaisaran. [ 36 ]
Ketegangan kemudian berkembang antara seorang pejabat bernama Mahmud Yalavach dan Chagatai. Pada tahun 1238, penduduk Bukhara , yang dipimpin oleh seorang pembuat ayakan , memberontak terhadap tuntutan pajak. Pemberontakan tersebut pun mendapat dukungan luas dan berujung pada pengusiran garnisun Mongol. Chagatai tidak membantu dan menyerahkan pemberontakan tersebut kepada Ögedei, yang pasukannya kemudian meredam pemberontakan tersebut dengan cepat. Penduduk Bukhara lalu dibantai, tetapi sebagian kemudian tetap dibiarkan hidup setelah Mahmud berpendapat bahwa hanya sebagian kecil penduduk yang terlibat dalam pemberontakan tersebut. Chagatai kemungkinan memanfaatkan situasi tersebut untuk merugikan Mahmud, meskipun rincian pastinya tidak diketahui. [ 37 ]
Tidak lama kemudian, Chagatai menyerahkan kekuasaan atas sebagian wilayah dari Mahmud kepada salah satu pengikutnya. Mahmud lalu mengeluh kepada Ögedei, yang kemudian memerintahkan Chagatai untuk menjelaskannya. Setelah menerima permintaan maaf, Ögedei menyelesaikan ketegangan tersebut dengan menyetujui keputusan Chagatai, memindahkan Mahmud ke sebuah jabatan penting di Tiongkok bagian utara, dan mempromosikan putra dari Mahmud untuk memerintah di wilayahnya dengan kekuasaan yang sama seperti ayahnya. [ 38 ] Chagatai juga sempat berselisih dengan , gubernur dari saudaranya di wilayah Khorasan . [ 39 ]
Kematian dan peninggalan

Pasca kematian Ögedei akibat alkoholisme pada bulan Desember 1241, Chagatai pun menjadi pembuat raja de facto . Istri kesayangan Ögedei, , awalnya memegang kendali, tetapi Töregene , ibu dari Güyük, berniat untuk menjadi wali raja, sehingga Töregene pun berupaya meyakinkan Chagatai bahwa ia cocok untuk menjadi wali raja. Chagatai kemudian benar-benar mengangkat Töregene sebagai wali raja. [ 40 ] Chagatai akhirnya meninggal pada tahun 1242. Kedudukan Chagatai sebagai pangeran Genghisiyah senior pun digantikan oleh putra dari Jochi, Batu . [ 41 ] Yesülün lalu menuduh salah satu pengawal dari Chagatai, seorang Uighur dari Tiongkok Utara bernama Vajir, telah meracuni Chagatai, sehingga Vajir kemudian dieksekusi mati. Di Asia Tengah, Chagatai digantikan oleh Qara Hülegü , putra dari Mutukan, tetapi Qara kemudian digulingkan oleh pamannya yang pemabuk, Yesü-Möngke, antara tahun 1246 dan 1250, sehingga menyebabkan pelemahan jangka panjang di wilayah yang kemudian dikenal sebagai Kekhanan Chagatai . [ 42 ]
Walaupun kesetiaan Chagatai terhadap adat nomaden berarti bahwa ia hanya membangun kolam untuk unggas air , gudang, dan desa-desa kecil di wilayah kekuasaannya, ia adalah seorang pemimpin handal yang mempekerjakan ahli dari luar kekaisaran dan pejabat Uighur lokal untuk membantu mengelola wilayah kekuasaannya. [ 43 ] Karena Chagatai sangat menjunjung tinggi hukum Mongol tradisional, yang melarang berbagai unsur dari hukum Syariah Islam , seperti penjagalan hewan , ritual pembersihan , atau ibadah umum , ia juga dikenal sebagai anti-Muslim. [ 44 ] Seorang penulis Muslim kontemporer mengklaim bahwa Chagatai mendorong Ögedei untuk membantai semua Muslim di kekaisaran. Sejarawan modern seperti dan Peter Jackson berpendapat bahwa klaim tersebut kemungkinan tidak benar. Mereka pun menyoroti sejumlah pejabat dan bangsawan Muslim yang sangat diandalkan oleh Chagatai dan tampaknya tidak mungkin dimusuhi oleh Chagatai. Teori yang lebih masuk akal adalah bahwa Chagatai melarang penerapan sistem hukum non-Mongol. [ 45 ] Meskipun demikian, reputasi anti-Islam dan pro- Yasa dari Chagatai sangat mempengaruhi keturunannya, yang jauh lebih lambat untuk berpindah ke Islam ketimbang rekan-rekan mereka di kekhanan Mongol yang lain, yakni Gerombolan Emas dan Ilkhanat . [ 46 ]
Referensi
Catatan
- ^ Juga diterjemahkan menjadi Cha'adai , Chaghatai , Chagaday , Chagatay , Ca'adai , Chaghadai , Chagatay , atau Tsagaadai . [ 1 ]
- ^ Pada saat itu, kata "Mongol" hanya digunakan untuk menyebut suatu suku di timur laut Mongolia. Karena suku tersebut memainkan peran penting dalam pembentukan Kekaisaran Mongol , nama dari suku tersebut kemudian digunakan untuk menyebut seluruh suku. [ 3 ]
Kutipan
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; May 2017 , hlm. 138; Allsen 1993 , hlm. 124; Biran 2023 , hlm. 46; Batbayar 2000 , hlm. 28.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 456.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 389–391.
- ^ Broadbridge 2018 , hlm. 49–50, 57; Ratchnevsky 1991 , hlm. 20–21, 31; May 2018 , hlm. 23–28.
- ^ Broadbridge 2018 , hlm. 58–63; May 2017 , hlm. 162.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; Broadbridge 2018 , hlm. 67.
- ^ Broadbridge 2018 , hlm. 67; May 2018 , hlm. 51.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 98–99.
- ^ Dunnell 2023 , hlm. 30; May 2017 , hlm. 138; Hope 2022 , hlm. 298.
- ^ Broadbridge 2018 , hlm. 119; May 2017 , hlm. 138–139.
- ^ May 2017 , hlm. 138–139.
- ^ May 2017 , hlm. 139.
- ^ Morgan 1986 , hlm. 84–86; Ratchnevsky 1991 , hlm. 166.
- ^ Biran 2023 , hlm. 47; Dunnell 2023 , hlm. 63.
- ^ May 2017 , hlm. 138; Dunnell 2023 , hlm. 35; Atwood 2004 , hlm. 278; Atwood 2017 , hlm. 36.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; May 2017 , hlm. 138.
- ^ Ratchnevsky 1991 , hlm. 130; Dunnell 2023 , hlm. 42.
- ^ Dunnell 2023 , hlm. 42; Atwood 2004 , hlm. 307.
- ^ Dunnell 2023 , hlm. 42; Atwood 2004 , hlm. 431.
- ^ a b May 2017 , hlm. 138.
- ^ Atwood 2017 , hlm. 51; Barthold 1992 , hlm. 434–437.
- ^ Ratchnevsky 1991 , hlm. 131; Atwood 2004 , hlm. 81; Atwood 2017 , hlm. 51.
- ^ Atwood 2017 , hlm. 52–53; Dunnell 2023 , hlm. 44; Barthold 1992 , hlm. 435; Ratchnevsky 1991 , hlm. 136–137.
- ^ Atwood 2017 , hlm. 53–54.
- ^ May 2017 , hlm. 139; Ratchnevsky 1991 , hlm. 161–163.
- ^ Ratchnevsky 1991 , hlm. 133–134.
- ^ Bernadini 2008 .
- ^ Fitzhugh, Rossabi & Honeychurch 2009 , hlm. 109.
- ^ Togan 2016 , hlm. 408–409; May 2018 , hlm. 68.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; May 2017 , hlm. 139; May 2018 , hlm. 69, 102.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81, 278, 416; May 2017 , hlm. 138; May 2018 , hlm. 69.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; Biran 2009 , hlm. 47–48; May 2017 , hlm. 138; Dunnell 2023 , hlm. 54–55.
- ^ Dunnell 2023 , hlm. 63.
- ^ Morgan 1986 , hlm. 100–101; Atwood 2004 , hlm. 81.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; Dunnell 2023 , hlm. 53.
- ^ Biran 2009 , hlm. 46–48; Dunnell 2023 , hlm. 54; May 2018 , hlm. 257–258.
- ^ Allsen 1993 , hlm. 124; Biran 2009 , hlm. 48; Dunnell 2023 , hlm. 63.
- ^ Allsen 1993 , hlm. 124–124; Biran 2009 , hlm. 48; Dunnell 2023 , hlm. 62–63.
- ^ Biran 2009 , hlm. 48.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; Broadbridge 2018 , hlm. 169–170; May 2017 , hlm. 138.
- ^ May 2018 , hlm. 122.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 81; Biran 2009 , hlm. 48–49.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 87; Hope 2022 , hlm. 298–299.
- ^ Jackson 2011 ; Morgan 1986 , hlm. 208; May 2018 , hlm. 102–103.
- ^ Jackson 2011 ; Hope 2022 , hlm. 299.
- ^ Atwood 2004 , hlm. 87, 253; Biran 2023 , hlm. 386.
Sumber
- Allsen, Thomas T. (1993). "Mahmud Yalavac, Mas'ud Beg, 'Ali Beg, Safaliq, Bujir". Dalam de Rachewiltz, Igor (ed.). In the Service of the Khan: Eminent Personalities of the Early Mongol-Yüan Period (1200-1300) . Wiesbaden : . hlm. 122– 135. ISBN 978-3-4470-3339-8 .
- (2004). Encyclopedia of Mongolia and the Mongol Empire . New York: Facts on File. ISBN 978-0-8160-4671-3 .
- (2017). "Jochi and the Early Western Campaigns". Dalam Rossabi, Morris (ed.). How Mongolia Matters: War, Law, and Society . Leiden : Brill . hlm. 35– 56. ISBN 978-9-0043-4340-5 .
- Barthold, Vasily (1992) [1900]. Bosworth, Clifford E. (ed.). Turkestan Down To The Mongol Invasion (Edisi Third). New Delhi: . ISBN 978-8-1215-0544-4 .
- Biran, Michal (2009). "The Mongols in Central Asia from Chinggis Khan's invasion to the rise of Temür: the Ögödeid and Chaghadaid realms". The Chinggisid Age . . Cambridge: Cambridge University Press . hlm. 46– 66. ISBN 978-1-1390-5604-5 .
-
Biran, Michal; Kim, Hodong, ed. (2023).
The Cambridge History of the Mongol Empire
. Cambridge:
Cambridge University Press
.
ISBN
978-1-3163-3742-4
.
- Biran, Michal. "Mongol Central Asia: The Chaghadaids and the Ögödeids, 1260–1370". Dalam Biran & Kim (2023) , pp. 319–396.
- Dunnell, Ruth W. "The Rise of Chinggis Khan and the United Empire". Dalam Biran & Kim (2023) , pp. 19–106.
- Broadbridge, Anne F. (2018). Women and the Making of the Mongol Empire . Cambridge Studies in Islamic Civilization. : Cambridge University Press . ISBN 978-1-1086-3662-9 .
- Hope, Michael (2022). "The Middle Empire". Dalam May, Timothy; Hope, Michael (ed.). The Mongol World . Abingdon : Routledge . hlm. 298– 316. ISBN 978-1-3151-6517-2 .
- Jackson, Peter (2011). "Chagatayid Dynasty" . Dalam (ed.). Encyclopædia Iranica, Online Edition . Encyclopædia Iranica Foundation.
- May, Timothy (2017). "Chagatai Khan (d. 1242)". Dalam May, Timothy (ed.). The Mongol Empire: A Historical Encyclopedia . Vol. I. Santa Barbara : . hlm. 138– 139. ISBN 978-1-6106-9339-4 .
- May, Timothy (2018). The Mongol Empire . Edinburgh: Edinburgh University Press . ISBN 978-0-7486-4237-3 .
- (1986). The Mongols . The Peoples of Europe. Oxford: Blackwell Publishing . ISBN 978-0-6311-7563-6 .
- Ratchnevsky, Paul (1991). Genghis Khan: His Life and Legacy . Diterjemahkan oleh . Oxford: Blackwell Publishing . ISBN 978-0-6311-6785-3 .
Didahului oleh:
Kekhanan Chagatai dibentuk |
Khan
Kekhanan Chagatai
1225–1242 |
Diteruskan oleh:
Qara Hülëgü |