
![]() ![]() ![]() |

Sejarah orang Yahudi di Indonesia kemungkinan dimulai dengan kedatangan para penjelajah Yahudi Timur Tengah pada abad ke-7 melalui Jalur Sutra Maritim dan terus berlanjut dengan datangnya penjelajah Marranos, Portugis dan pemukim Eropa awal, masa penjajahan Belanda hingga masa modern di wilayah Indonesia. [ 1 ] [ 2 ] [ 3 ]
Agama Yahudi atau Yudaisme tidak diakui sebagai salah satu dari enam agama resmi negara Indonesia, dan anggota komunitas Yahudi setempat dapat memilih untuk dikosongkan [ 4 ] atau mendaftar sebagai "Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa" atau agama lain yang diakui pada kartu identitas resmi mereka. [ 5 ] Walaupun tidak mendapat pengakuan resmi sebagai agama mayoritas , Kementerian Agama Republik Indonesia tetap memperbolehkan komunitas Yahudi untuk mempraktikkan agamanya, [ 3 ] seperti komunitas Sikhisme , Zoroastrianisme , Shinto , Taoisme , dan lain-lain berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965 dan pasal 29 ayat 2 UUD 945. [ 6 ]
Orang Yahudi Indonesia berlatarbelakang sangat kaya dan beragam, dimana mereka berasal dari Belanda, Belgia, Jerman, Prancis, Polandia, Timur Tengah (Syria, Aden, Baghdad, Mesir, Sana'a dan Hadramaut), India (Gujarat, Bombay, Kochi) , Tiongkok (Orang-orang Kaifeng ) dan Amerika Latin (Peru) serta yang paling belakangan, golongan anak-anak pernikahan beda kewarganegaraan dengan salah satu orangtua Yahudi dari Amerika Serikat, Australia atau Canada. Yahudi di Indonesia yang masih memeluk agama Yudaisme saat ini membentuk komunitas yang kecil sekitar 100–550 orang, [ 7 ] kebanyakan Yahudi Sephardi dan Yahudi Mizrahi (berasal dari Semenanjung Iberia , India dan Timur Tengah ). Sedangkan jumlah orang Indonesia keturunan Yahudi bisa mencapai ribuan yang kebanyakan tidak mempraktikkan agama Yahudi. [ 4 ] Termasuk golongan kecil tertutup keturunan Keluarga Yemenite di Jawa, Bali dan Batavia yang sudah berasimilasi dengan keluarga Hadrami Jawa untuk menghindari kamp interniran Jepang, seperti keluarga Gabbay, Attias, bin Nahman [ 8 ] , yang mayoritas tidak lagi mempraktikkan Yudaisme. Adapun keluarga Yahudi Sephardi Di Aceh seperti Keluarga Bolshover [ 9 ] dan keluarga Nabarro/Navarro, sudah meninggalkan Sumatra dan diketahui Saat ini bertempat tinggal di Inggris dan Hongkong. Saat ini, salah satu komunitas orang Yahudi ortodoks yang terbuka di Indonesia tinggal di Tondano dan Manado , Sulawesi Utara . [ 10 ] yang hingga kini provinsi tersebut dikenal memiliki ribuan keturunan Yahudi Marrano dari Spanyol dan Portugal. [ 11 ] Terdapat pula komunitas Yahudi Maluku, Pulau Kisar, Timika, serta Jayapura (Papua) yang merupakan keturunan imigran Yahudi Peru [ 12 ] yang merupakan pelarian ketika periode Inkuisisi Spanyol pada tahun 1400-1500. [ 13 ]
Sejarah
Kedatangan orang-orang Yahudi ke Nusantara dibagi menjadi beberapa gelombang [ 14 ] . Gelombang pertama ialah orang-orang Yahudi asal Timur Tengah (Yaman, Persia, Maroko, Mesir, Oman) dan India (Gujarat, Bombay, Cochi) yang berdagang menumpang kapal rombongan pedagang Persia, Gujarat, dan Arab ke Nusantara pada abad ke-7 hingga abad ke-10. Kelompok ini tidak terorganisir dan murni memiliki misi dagang, sehingga menyembunyikan identitas ke dalam golongan pedagang Arab atau Persia sangat memudahkan urusan mereka dalam hal ihwal perdagangan.
Penelitian Antropologi menemukan bahwa orang Yahudi pertama kali masuk ke Nusantara yaitu di Kota Barus , Sumatra Utara. Hal ini dibuktikan penggunaan kosakata Ibrani (Hebrew) dalam beberapa mantra pengobatan tradisional masyarakat Barus [ 15 ] . Melalui tulisan musafir Abû Zayd Hasan al-Sîrafî tentang Pembantaian Guangzhou dalam Pemberontakan An Shi di abad ke-7, menandakan sudah adanya komunitas Yahudi di Tiongkok , setidaknya di Guangzhou pelabuhan yang menghubungkan Tiongkok dan India, kapal perdagangan untuk pelabuhan tesebut diperkirakan akan melalui wilayah Indonesia. Dengan iklim setempat berupa angin monsun memerlukan kapal untuk berlabuh berbulan-bulan di berbagai pelabuhan di antara kedua lokasi tersebut, seperti di Semenanjung Malaya dan perairan Sumatra. Gambaran lebih pasti berasal dari penulis Persia Buzurg bin Shahriyar di Kitab Aja'ib Al-Hind Barrihi wa Bahrihi wa Jaza'irihi ("Hal-hal menakjubkan mengenai daratan, lautan, dan kepulauan Hindia") yang ditulis pada abad ke-10. Ia menulis seorang Yahudi dari Oman bernama Ish'âq bin al-Yahûdî yang melakukan perjalanan ke Tiongkok dan sempat singgah di Sarîra (Serboza atau Sribuza; mungkin Sriwijaya ). Bukti lain bisa dilihat berdasarkan catatan dari Ibrâhîm bin Mûsâ bin Maymûn (Avraham ben ha-Rambam, Abraham Maimonides) seorang pemimpin Yahudi Kairo (abad ke-13) yang mengeluarkan fatwa ( t’shuva ) bagi seorang istri yang dalam posisi aguna (terikat), karena ditinggal suaminya yang merupakan pedagang dari Aden ke bilâd al-Hind (Hindia) yang kemudian meninggal dalam perjalanan kembali. Yang menarik adalah ia merupakan pedagang kapur barus (kâfur) dari Fans'ûr, di Sumatra (sekarang Barus ). Bukti-bukti tersebut menandakan adanya kaum Yahudi yang terlibat dalam perdagangan dengan wilayah Indonesia di masa lampau. [ 1 ] [ 4 ] Terdapat juga laporan dari Dokumen Geniza Cairo [ 16 ] yang diteliti oleh Shlomo Dov Goitein, mengenai masuknya komunitas Yahudi Yaman (Aden, Tzanani/Sana'a, Seiyun, Shabwah dan Hadrami) ke Nusantara bersamaan dengan datangnya saudagar Arab. [ 17 ] Menurut penelitian Leonard Chrysostomos Epafras dan Rotem Kowner, komunitas perantau Yahudi Yaman (Habbani, Aden, Sana'a dan Hadramaut) juga memelihara koneksi, solidaritas dan hubungan dagang erat dengan diaspora Yaman terutama Arab Hadramaut di negeri-negeri Afrika Timur, India serta Nusantara, tempat dimana banyak terdapat konsentrasi diaspora Yaman [ 18 ] . [ 19 ] Dalam banyak kasus, bahkan mereka datang berlabuh di Nusantara dalam satu kapal yang sama dengan para pedagang Arab Hadrami, [ 20 ] dan dikarenakan berbudaya, berbahasa dan berpenampilan fisik selayaknya orang Arab, komunitas Yahudi sering kali dikira bagian dari pedagang-pedagang Arab di Nusantara. Hal ini sangat memungkinkan jaminan perlindungan bagi komunitas Yahudi yang berdagang di negeri-negeri muslim Asia Tenggara. Salah satu faktornya, menurut penelitian , disebabkan sudah adanya sentimen antisemit dan perspektif negatif terhadap etnis Yahudi di negeri-negeri Melayu dan Jawa sejak masa itu, dibuktikan dengan adanya kasusastran Serat Pandhita Raib [ 21 ] (1790) karya Kyai Sastradiwangsa yang dipublikasi oleh Mangkunegaran , dimana penggambaran Orang Yahudi bernama Pandhita Raib dalam kitab tersebut (dalam sudut pandang orang Jawa Muslim tentunya) dicitrakan sebagai sosok antagonis, angkuh, mistis, dan membangkang. Namun ada juga penggambaran yang lebih positif, protagonistik dan relatif bersahabat terhadap orang Yahudi, seperti dalam Serat Samud / Suluk Samud, (Hikayat Seribu Masalah [ 22 ] ). Kitab klasik abad ke-17 yang dipublikasikan Keraton Surakarta ini merupakan saduran versi Jawa dari Kitab Melayu Seribu Masa'il atau lebih dikenal di dunia Arab sebagai " The Book of 1000 Questions ". Menceritakan mengenai seorang Yahudi bernama Syeh Ngabdul Salam/Abdullah Ibnu Salam, perjumpaan dan dialognya dengan Nabi Muhammad S.A.W. [ 23 ]
Gelombang kedua masuknya Komunitas orang Yahudi yang tinggal di Hindia Belanda yaitu pada abad ke-16 dan 17 (VOC) hingga masa penjajahan Belanda abad-19 yang diawali kedatangan Yahudi Marranos / Crypto-Jews yang masuk Nusantara bersama dengan masuknya bangsa Portugis dan Spanyol. Orang Yahudi Marranos tidak terorganisir, mayoritas sudah beragama Katolik akibat periode Inkuisisi (terusir dari Spanyol dan Portugal akibat politik dari Gereja Katolik Roma yang membuka pengadilan untuk ajaran-ajaran yang dianggap sebagai bidah atau sesat di Semenanjung Iberia). Mereka tidak membangun Sinagoga di Nusantara, namun mereka mewariskan nama keluarga dan juga kuliner, serta pengaruh agama Katolik, di banyak wilayah Indonesia Timur. Pada tahun 1850-an, musafir Yahudi menjadi orang pertama yang menulis tentang komunitas Yahudi di Hindia Belanda setelah mengunjungi Batavia , Hindia Belanda . Dia telah berbicara dengan seorang Yahudi lokal yang memberitahunya tentang sekitar 20 keluarga Yahudi di kota itu dan beberapa lagi di Surabaya dan Semarang [ 24 ] .
bekerja sebagai pedagang, militer atau menjadi pegawai pemerintah kolonial Yahudi Belanda , pada era Hindia-Belanda banyak melebur ke dalam masyarakat Kristen Eropa untuk mempermudah kehidupan mereka terutama dalam soal pekerjaan dan strata sosial. Era VOC maupun pemerintah kolonial Belanda, terkenal enggan menerima tentara beragama Yudaisme dikarenakan sulitnya memfasilitasi makanan Kosher di tanah Hindia ketika itu. [ 25 ]
Gelombang ketiga ialah masuknya imigran Mizrahi dan Baghdadi dari , , Mesir, India, Syria atau wilayah Timur Tengah lainnya yang berpusat di Surabaya dan memiliki jaringan bisnis kuat dengan komunitas Yahudi di Mumbai, Singapura, Penang, Burma, Shanghai dan juga Hongkong.
Selain tiga gelombang di atas, terdapat juga kelompok orang-orang Yahudi yang kabur ke Nusantara dari kejaran Nazi dan banyak yang berasal dari Perancis, Belgia, Jerman , Austria , hingga Eropa Timur. [ 26 ]
Hadirnya bangsa Yahudi di Nusantara juga tercatat memberi pengaruh pada penamaan wilayah di beberapa daerah. Menurut Filolog Suryadi, area Berok di tepi sungai Batang Harau, Padang, Sumatera Barat, berasal dari kata " Berg ", merujuk kepada Tuan Van den Berg, seorang Yahudi dari Padang, pemilik Jacobson van den Berg & Co, sebuah perusahaan multinasional asal Belanda yang berkantor di tepi sungai tersebut. [ 27 ] Di Aceh, Kampung Blower [ 28 ] berasal dari nama Avram Meyer Bolschover , sebuah keluarga Yahudi kaya raya asal Rumania dan disegani pada era Gubernur Jendral Kohler, yang juga merupakan seorang Yahudi, menurut penelitian Rusdi Sufi, dari Universitas Syiah Kuala. Namun jauh sebelum itu, orang Yahudi juga pernah dipekerjakan sebagai penerjemah untuk Kesultanan Aceh, contohnya Abraham Nabarro. [ 29 ]
Pada tahun 1930, sensus oleh pemerintah Hindia Belanda mencatat 1.095 orang Yahudi. Pada akhir tahun 1930-an, jumlahnya meningkat hingga 3.000 orang di Pulau Jawa , Pulau Sumatra , dan wilayah lainnya. Tetapi pada saat Perang Dunia 2 , jumlah orang Yahudi di Hindia Belanda diperkirakan sekitar 2.000 jiwa. [ 5 ] Umumnya orang Yahudi Indonesia (terutama yang keturunan Belanda dan Eropa) sangat menderita di bawah Pendudukan Jepang di Indonesia , diasingkan dan mereka dipaksa untuk bekerja di kamp penampungan, walau dalam Pertempuran Surabaya , Charles Mussry (yang merupakan keturunan Yahudi Irak) ikut berjuang bersama laskar-laskar rakyat untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia . [ 30 ] Setelah perang, orang Yahudi yang dilepas banyak menemui berbagai masalah dan berubahnya situasi politik di Indonesia. Pada tahun 1950-an proses nasionalisasi beberapa perusahaan asing oleh Sukarno , selain itu situasi politik mancanegara seperti Konflik Israel-Palestina , menyebabkan banyaknya migrasi orang Yahudi dari Indonesia. Alih-alih kembali ke Belanda , kebanyakan memilih bermigrasi ke California di Amerika Serikat , sedangkan kebanyakan keturunan Irak bermigrasi ke Melbourne , Australia . Tetapi komunitas Yahudi keturunan Irak yang juga memiliki keturunan Indonesia menetap lebih lama di Surabaya , walau akhirnya kebanyakan bermigrasi ke Israel pada tahun 1958. Komunitas orang Yahudi di Israel yang berasal dari Hindia Belanda dan Indonesia, mendirikan organisasi Tempo Dulu dibawah Shoshanna Lehrer. [ 5 ]
Pada masa Orde Lama , agama Yudaisme sempat diakui di KTP dengan nama Hebrani , walau sejak UU No. 1 PNPS/1965 oleh pemerintah Orde Baru , para keturunan Yahudi diminta untuk berasimilasi dengan penduduk lokal dan dikategorikan dalam sensus dengan agama lain. Sejak lengsernya Orde Baru dan mulainya era Reformasi , beberapa keturunan Yahudi mulai mengidentifikasi diri mereka dan mulai mempraktikkan agama Yudaisme kembali, terutama pada komunitas Yahudi di Sulawesi Utara . [ 31 ] [ 3 ]
Populasi
Asimilasi dan perubahan populasi
Karakteristik sosial dan budaya Indonesia berkontribusi pada asimilasi . Kebanyakan orang Yahudi Indonesia mengubah nama mereka menjadi nama Indonesia. Orang Yahudi diwajibkan untuk mengubah nama dan kepercayaan mereka. Walau sejak Era Reformasi , beberapa keturunan Yahudi mengubah namanya kembali dan mulai mempraktikan agama Yudaisme, terutama bagi komunitas di Sulawesi Utara. [ 3 ]
Agama di Indonesia diatur oleh pemerintah. Orang Yahudi Indonesia menghadapi tantangan untuk mendeklarasikan agama di KTP ( Kartu Tanda Penduduk ). Setiap warga negara yang berusia di atas 17 tahun wajib membawa KTP yang mencantumkan agama pemegangnya dan Indonesia hanya mengakui enam agama atau kepercayaan kepada Tuhan YME . Kabarnya, banyak orang Yahudi yang mendaftar sebagai orang Kristen, walau ada pula yang mengosongkan kolom agama pada KTP. [ 4 ] World Jewish Congress memperkirakan paska Kemerdekaan RI, terdapat kelompok-kelompok kecil Yahudi di luar Jawa [ 32 ] , serta ribuan peranakan Hadrami di Indonesia memiliki keturunan Yahudi yang masuk Islam karena melarikan diri dari kejaran Tentara Pendudukan Jepang dan juga periode "Bersiap", terutama karena jasa orang-orang Arab Alawiyyin yang membantu menyembunyikan mereka di kota-kota basis perkampungan Arab, seperti Batavia, Bogor, Surabaya, Bali, Lombok, Pekalongan dan Gresik. Beberapa di antara Kisah Warga Yahudi yang diselamatkan orang-orang Arab di Jawa dari Periode Bersiap yakni keluarga Velleman [ 33 ] dan Keluarga Sassoon. Kebanyakan yang berasimilasi adalah mereka yang memiliki nama belakang mirip dengan marga orang Hadrami seperti Attas dan Attias berasimilasi ke Alatas, Chedid dan Gadot berasimilasi ke Haddad, Segav berasimilasi ke Al-Sagoff/Assegaff, Habsha berasimilasi ke Habshi, Shahaf ke Shahab, Smith ke Bin Sumaith, dan lain sebagainya. Database Ribuan Marga Yahudi Mizrahi (termasuk Yemenite, Hadrami, Adeni, Baghdadi, Mesir, Persia dan Levantine) seperti marga Haddad, Hazzan, Hasson, Mosseri/Mussry/Mustry, Attias, Attas, Segev, Smith, Farchis, Asher, Baadillah, Manasseh, Bashel, Urqubi (Arcoff/Argubi), Harhara (Har-Haruach), Muscati, Maslawi/Maslavi, Bin Maktuk, Solomon, Judah, Mizrahie, Hibshoosh dan lain-lain masih tercatat dengan lengkap dalam database marga Yahudi global. [ 34 ] Di Indonesia Timur seperti Papua, Maluku, Kisar, Sulawesi dan Sangihe, beberapa nama keluarga Belanda dan Spanyol - Portugal bisa mengindikasikan keturunan Yahudi atau setidaknya crypto-jews / marranos, seperti de Vries, de Fretes, Pinto, Ferdinandus, dan lain sebagainya.
Lembaga Eijkman tercatat pernah melakukan tes DNA pada 2019 dan menemukan DNA Samaria ( Samaritan ) pada beberapa orang Indonesia [ 35 ] . Samaria adalah sebuah sub-suku yang berasal dari tempat yang termasuk wilayah Israel hari ini.
Diperkirakan 20.000 keturunan Yahudi masih tinggal di Indonesia, meski banyak yang kehilangan identitas sejarahnya dan sangat mungkin beridentitas keagamaan ganda [ 36 ] . Karena sebagian besar orang Yahudi Indonesia sebenarnya juga merupakan keturunan dari Belanda, Jerman, Perancis, Eropa Selatan, India dan Timur Tengah (Yaman, Irak, Mesir, Syria), serta mereka yang lahir dari orangtua berbeda kewarganegaraan (salah satu orangtua adalah orang Yahudi dari Amerika Serikat, Australia atau Canada), dan bahasa yang digunakan oleh mereka termasuk bahasa Indonesia, Jawa, Arab, Ibrani, Melayu Manado, Melayu Ambon, Dialek-dialek Indonesia Timur, Bahasa Inggris, Portugis, dan juga Spanyol (terutama dalam ibadah) . [ 37 ]
Sinagoga
Jumlah Pemeluk Yudaisme di Indonesia sangat kecil, dengan sebagian besar anggotanya tinggal di Provinsi Sulawesi Utara dan sebagian tersebar di ibu kota Jakarta, Bali, Bekasi, Yogyakarta, Bandung, Timika, Ambon, Pulau Kisar, Jayapura dan di Surabaya. Banyak pemakaman Yahudi masih ada di seluruh negeri seperti di Pemakaman Kerkhof di Aceh , Semarang dan Surabaya di Jawa , di Pangkalpinang di Pulau Bangka , di Palembang di Sumatera Selatan , dan di Pineleng dan Matungkas di Sulawesi Utara . Kota Singaraja, Bali, pernah memiliki Sinagoga kecil yang dikelola komunitas Yahudi Eropa (Perancis, Belanda, Jerman) seperti keluarga Smith. Fasilitas ini hanya berdiri beberapa tahun dan kemudian hancur dirusak tak berbekas oleh tentara Pendudukan Jepang pada 1942-1943. Namun dalam kurun 2005-2020, Seorang ekspatriat Yahudi asal Perancis di Bali, Liat Solomon, bersama Rabbi Nathan Alfred, mendirikan sebuah komunitas bernama Kehilat Bnei Chof (Camp of the Boys of the Beach) , khusus untuk melayani turis dan ekspatriat Yahudi di Provinsi tersebut. Kehilat Bnei Chof adalah satu-satunya produsen makanan Kosher di Indonesia [ 38 ] .
Berdasarkan penelitian Zainal Abidin, [ 3 ] komunitas Yahudi di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu aliran Ortodoks dan Reformasi (atau disebut juga liberal) . Kelompok Ortodoks berpusat di Tondano dibawah pimpinan rabi Yaakov Baruch. Sedangkan kelompok kedua terbagi menjadi Konservatif, Reformasi, dan Rekonstruksionis yang bergabung dalam satu organisasi United Indonesia Jewish Community (UIJC), seperti rabi Benjamin Meijer Verbrugge, yang membawahi 6 'para-rabi' untuk komunitas kecil seperti di Ambon , Jakarta , Jayapura , Timika , dan Manado . [ 39 ] [ 40 ] Bahkan di tempat yang tidak biasa, komunitas Yahudi Belanda juga ditemukan di Oirata, Pulau Kisar, salah satu pulau terluar Indonesia. Komunitas ini memiliki sebuah Sinagogue kecil dengan sekitar 20 keluarga (mayoritas dari Suku atau Keluarga Levites/Levy) yang masih aktif beribadah, bahkan Salah satu tetua mereka sempat mengunjungi Israel. [ 41 ]
Terdapat juga cerita masyarakat Waibalun, Larantuka, Flores, bahwa pernah terdapat Sinagoga yang dibangun orang-orang Yahudi di wilayah tersebut, seiring masuknya pengaruh Portugis.
Torat Chaim, Jakarta
Jemaat kecil yang dipimpin oleh Rabbi Tovia Singer , yang sebelumnya adalah satu-satunya rabbi di Indonesia saat ini. Sinagoga ini beroperasi bersama dengan Yayasan Eits Chaim Indonesia [ 42 ] , satu-satunya organisasi Yahudi di Indonesia yang memiliki status resmi (didirikan oleh keturunan Yahudi Belanda, Yahudi Yaman dan Yahudi Turki) , di bawah naungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen di Kementerian Agama Republik Indonesia . Pendiri komunitas ini yaitu kakak-beradik Elisheva Stross Wiriaatmadja dan Avigayil Stross Wiriaatmadja.
Sinagoge Beit Torat Chaim, Jayapura
Sebuah jemaat kecil di Jayapura yang mendirikan sinagoge tahun 2014 di atas lahan seluas 120 meter milik rabi Aharon Sharon Melamdim, pemimpin komunitas Yahudi di Jayapura . [ 43 ]
Sinagoge Surabaya

Pernah terdapat sebuah sinagoga di Surabaya , ibu kota provinsi Jawa Timur di Indonesia . Dan selama bertahun-tahun pernah menjadi satu-satunya sinagoga di Indonesia. Sinagoga ini menjadi tidak aktif mulai tahun 2009 dan tidak memiliki gulungan Taurat atau rabi . Sinagoga ini terletak di Jalan Kayun no 4, seluas 2.000 m 2 di dekat Sungai Kali Mas di rumah yang dibangun pada tahun 1939 selama pemerintahan Belanda.
Rumah itu dibeli oleh komunitas Yahudi setempat (asal Irak) dari seorang dokter Belanda pada tahun 1948 dan diubah menjadi sinagoge. Hanya mezuzah dan dua Bintang Daud di pintu masuk yang menunjukkan keberadaan sinagoge. Komunitas di Surabaya tidak lagi cukup besar untuk mendukung minyan , yaitu kumpulan sepuluh orang jemaat yang dibutuhkan untuk melakukan ibadah umum. Gedung sinagoga yang merupakan cagar budaya ini sayangnya dijual oleh pengelolanya dan dihancurkan oleh pihak swasta pada tahun 2013 untuk dijadikan hotel. [ 44 ] [ 45 ] Kejadian ini sempat menimbulkan perseteruan antara pemimpin komunitas Yahudi Baghdadi Surabaya, David Mussry (melalui kuasa hukumnya pengacara David Abraham) dan Keluarga Sayers, pengelola Sinagoga.
Sinagoga Sha'ar Hasyamayim
Sejak tahun 2003, Sinagoga Shaar Hasyamayim telah melayani komunitas Yahudi lokal sekitar 30-50 orang di kota Tondano , Kabupaten Minahasa , Sulawesi Utara . Saat ini merupakan satu-satunya sinagoga terbuka di Indonesia yang menyediakan layanan, [ 46 ] dan merupakan aliran Sefardi , tidak seperti aliran Hasidut seperti kebanyakan keturunan Belanda. Sebuah komunitas kecil Yahudi lokal tetap berada di daerah tersebut, sebagian besar merupakan keturunan Yahudi dan beralih kembali ke Yudaisme. [ 3 ] Sinagoge ini dilengkapi dengan community center dan juga Museum Holocaust satu-satunya di Asia Tenggara untuk mengedukasi masyarakat mengenai Antisemitisme.
Tokoh keturunan Yahudi Indonesia
- Japto Soerjosoemarno , politisi terkemuka Indonesia.
- Marini Soerjosoemarno , aktris dan penyanyi Indonesia.
- Yaakov Baruch , rabbi pertama di Indonesia.
- Charles Mussry , pengusaha Indonesia abad ke-20 dan pejuang kemerdekaan (Peristiwa 10 November Surabaya)
- Cosman Citroen , Tokoh Arsitektur Hindia Belanda, Surabaya
- Bucek Depp , Aktor
- Giorgino Abraham , Aktor
- Unique Priscilla , Aktris
- Kunang Andries , Desainer Perhiasan
- David Mussry, Pengusaha Pariwisata Nasional
- Abraham Fontein, Pengusaha Nasional asal Belanda-Manado.
- Leendert Miero (1755-1834), asal Ukraine , Tuan Tanah di Pondok Gede pada era VOC. [ 47 ]
- Hermanus Mauki, Tetua Yahudi Pulau Kisar
- Alba Fuad, Aktris era '80-an. (Keturunan Yahudi Maroko-Belanda-Arab)
- Mariana Renata , Aktris dan Model.
- Elisheva Stross - Wiriaatmadja, Intelektual dan Pendiri Yayasan Eitz Chaim, Penyedia produk Kosher pertama di Jakarta .
- Liat Solomon, Pemimpin Kehilat Bnei Chof, Bali
- Ahmad Dhani , Musisi Legendaris dan Politisi
- Cecilia Van Öers, Model Lukisan Basuki Abdullah dan Peragawati Batik Pertama di Indonesia.
- Dolly Zegerius , Atlet Bridge Pertama RI
- Raja Levinus Israel Macpal, Kerajaan Sangihe
- Sheila Marcia Joseph , DJ
- , Akademisi
- Aharon Sharon Melamdim, Pemimpin Komunitas Yahudi di Jayapura
- Yokhanan Eliyahu, Akademisi
- David Abraham , pengacara papan atas
- Freddy Resley: Penulis Buku dan aktivis di Ambon, Maluku
- Monique Rijkers , Jurnalis dan Intelektual
- Johan Bernard Abraham Fortunatus Mayor Polak , Anggota DPR-RI pertama berdarah Yahudi-Belanda-Indonesia dari Fraksi Partai Sosialis Indonesia (PSI)
- Billy Joseph Nachman, Musisi
- Ezra Abraham, Akademisi dan Tokoh Interfaith
Lihat juga
Referensi
- ^ a b Epafras, Leonard Chrysostomos (2012-09-03). . Religió Jurnal Studi Agama-agama . 2 (2). ISSN 2503-3778 . Diakses tanggal 2023-03-26 .
- ^ Klemperer-Markman, Ayala. "The Jewish Community of Indonesia" . . Diarsipkan dari asli tanggal 2018-06-12 . Diakses tanggal 25 Juni 2018 .
- ^ a b c d e f Aryani, Sekar Ayu (2022-06-25). "Dialectic of Religion and National Identity in North Sulawesi Jewish Communities in The Perspective of Cross-Cultural and Religious Psychology". Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies . 60 (1). Al-Jamiah Research Centre: 199– 226. doi : 10.14421/ajis.2022.601.199-226 . ISSN 2338-557X .
- ^ a b c d Lestari, Sri (2018-06-02). "Mengenal komunitas Yahudi di Indonesia" . BBC News Indonesia . Diakses tanggal 2023-03-26 .
- ^ a b c Banka, Neha (22 April 2019). "Inside the secret world of Indonesia's Jewish community" . Haaretz . Diakses tanggal 5 September 2020 .
- ^ Armenia, Resty (2016-08-03). "Pemerintah Tidak Melarang Agama Yahudi di Indonesia" . nasional . Diakses tanggal 2023-03-26 .
- ^ The Jewish Virtual Library - Indonesia
- ^ "Podcast" . YouTube . Diakses tanggal 2025-07-12 .
- ^ "Jejak Yahudi di Kampung Blower Banda Aceh - Halaman 4 - Serambinews.com" . aceh.tribunnews.com . Diakses tanggal 2025-07-12 .
- ^ Brieger, Peter; Buol, Ronny (5 Maret 2019). "On remote island in Muslim-majority Indonesia, Jewish community lives in shadows" . The Times of Israel . Diakses tanggal 5 September 2020 .
- ^ Hanggoro, Hendaru Tri (2019-10-18). "DNA Yahudi pada Orang Indonesia" . Historia.ID . Diakses tanggal 2025-07-12 .
- ^ Serebryanski, Rabbi Yossi (2015-08-28). "Jews of Indonesia and Papua New Guinea" . The Jewish Press - JewishPress.com (dalam bahasa American English) . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ Assegaf, Faisal (2019-07-27). "Dua pemuda Papua belajar Yudaisme di Israel" . albalad.co (dalam bahasa American English) . Diakses tanggal 2025-07-12 .
- ^ "VOC, Pembawa Yahudi ke Indonesia? - PinterPolitik.com" . https://www.pinterpolitik.com/ . 2021-11-18 . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ "Temuan Ahli Antropologi di Balik Mantra Misterius dari Barus" . nationalgeographic.grid.id . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ Goren, Arthur A. (2000-02). Magnes, Judah Leon (1877-1948), rabbi, communal leader, and first chancellor and first president of the Hebrew University in Jerusalem . American National Biography Online. Oxford University Press.
- ^ ז״ל, Shelomo Dov Goitein. S.D. Goitein, *The Yemenites: History, Communal Organization, Spiritual Life*, ed. Menahem Ben-Sasson (Jerusalem: Magnes, 1983; Hebrew) .
- ^ Epafras, Leonard Chrysostomos; Kowner, Rotem (2023). Kowner, Rotem (ed.). From a Colonial Settlement to a New Identity: The Rise, Fall and Reemergence of the Jewish Community in Indonesia . Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 163– 185. ISBN 978-1-009-16258-6 .
- ^ IŞIK, Demet (2021-12-31). "Akademisyenlerin ResearchGate ve Google Scholar Citations Kullanımları: Türkiye'deki Bilgi ve Belge Yönetimi Bölümleri Üzerine Bir İnceleme" . Bilgi Yönetimi . 4 (2): 240– 263. doi : 10.33721/by.928614 . ISSN 2636-8544 .
- ^ World, ~ Abdul Manan-My; Work, My (1998-09-05). "Sisa Yahudi di Indonesia" . blog @abdulmanan (dalam bahasa Inggris) . Diakses tanggal 2025-07-12 .
- ^ "Serat Pandhita Raib » Budaya Indonesia" . budaya-indonesia.org . Diakses tanggal 2025-07-15 .
- ^ "Kisah Abdullah Ibnu Salam dan Kaumnya dalam "Hikayat Seribu Masalah" " . kumparan . Diakses tanggal 2025-07-15 .
- ^ "Kitab Masa'il: Kitab yang Menyingkap Dialog antara Nabi Muhammad dengan Yahudi" . Alif.ID . 2020-07-10 . Diakses tanggal 2025-07-15 .
- ^ "Kisah Orang Indonesia Keturunan Yahudi" . Tempo . 17 Oktober 2011 | 10.15 WIB . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ "VOC, Pembawa Yahudi ke Indonesia? - PinterPolitik.com" . https://www.pinterpolitik.com/ . 2021-11-18 . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ "Sejak Kapan Komunitas Yahudi Ada di Indonesia?" . Tempo.co . 2023-10-15 . Diakses tanggal 2024-01-23 .
- ^ Uzone.id; Padangkita.com (2017-07-31). "Jejak Yahudi di Minangkabau" . Jejak Yahudi di Minangkabau . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ Hidayat, Reja. "Jejak Yahudi di Kota Syariat Islam Banda Aceh" . tirto.id . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ Hidayat, Reja. "Jejak Yahudi di Kota Syariat Islam Banda Aceh" . tirto.id . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ "Berdarah Yahudi, bertanah air Indonesia" . merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2013-11-11 . Diakses tanggal 2022-05-13 .
- ^ Utama, Abraham (2016-08-03). "Kronik Kehidupan Yahudi di Indonesia" . nasional . Diakses tanggal 2023-03-25 .
- ^ "Antisemitisme dan Relasi Muslim-Yahudi di Indonesia" . elsaonline.com . 2013-06-19 . Diakses tanggal 2025-07-13 .
- ^ "In memory of a community - Inside Indonesia: The peoples and cultures of Indonesia" . www.insideindonesia.org . Diakses tanggal 2025-07-13 .
- ^ "Consolidated Jewish Surname Index" . www.avotaynu.com . Diakses tanggal 2025-07-10 .
- ^ Hanggoro, Hendaru Tri (2019-10-18). "DNA Yahudi pada Orang Indonesia" . Historia.ID . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ "IDENTITAS KEAGAMAAN GANDA UMAT YAHUDI INDONESIA" . KATALOG UNIDA GONTOR PRESS (dalam bahasa American English) . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ "Inside the Secret World of Indonesia's Jewish Community" . Haaretz .
- ^ Alfred, Nathan. "The Blogs: First bat mitzvahs: From Bali to Vilna" . blogs.timesofisrael.com (dalam bahasa American English) . Diakses tanggal 2025-07-13 .
- ^ "Benjamin Meijer Verbrugge and Rachel Lung Agustini (United Indonesian Jewish Community)" . World Union for Progressive Judaism . 2019-03-11 . Diakses tanggal 2023-03-26 .
- ^ "An Indonesian Passover" . Oberlin Shansi . 2018-02-01 . Diakses tanggal 2023-03-29 .
- ^ Media, Kompas Cyber (2016-06-04). "Pulau Kisar Menyapa Lewat Pantai Kiasar" . KOMPAS.com . Diakses tanggal 2025-07-14 .
- ^ Burhanudin, Yopi; Agung, Subhan; Muchariman, Randi (2022-02-21). . International Journal of Social Sciences Review (dalam bahasa Inggris). 2 (2): 58– 71. doi : 10.57266/ijssr.v2i2.73 . ISSN 2807-8098 .
- ^ Sinagoge Beit Torat Chaim Jayapura
- ^ Sinaya, James. (May 30, 2013). Jawa pos newspaper, 26 May 2013, 30 May 2013.
- ^ " Indonesia's Last Synagogue Destroyed ". The Jerusalem Post . 5 October 2013.
- ^ Hussain, Zakir (18 Februari 2013). "Indonesia's Only Synagogue Struggles to Find Wider Acceptance" . Straits Times . Jakarta Globe . Diakses tanggal 19 Februari 2013 .
- ^ islaminindonesia (2013-12-16). "The History of the Jewish Community in Indonesia" . Islam In Indonesia (dalam bahasa Inggris) . Diakses tanggal 2025-07-12 .
Pranala luar
- The Museum of the Jewish People at Beit Hatfutsot: The Jewish Community of Indonesia Diarsipkan 2018-06-12 di Wayback Machine .
- The Jews of Surabaya
- "In a Sliver of Indonesia, a Public Embrace of Judaism" , The New York Times
- Jakarta Post : "Story behind RI's sole synagogue"
- The Museum of the Jewish People at Beit Hatfutsot : The Synagogue of Surabaya
- Penganut Yahudi tanpa sinagoge