Ta tawa | |
![]() |
|
Aksara Bali | |
Huruf Latin | Ta |
---|---|
IAST | Tha |
Fonem | [t̪] , [t̪ʰ] |
Unicode | U+1B23 , U+ |
Warga aksara | dantya |
Gantungan |
![]() |
Ta tawa (lafal: /ˈt̪əˈt̪awə/ ) adalah salah satu aksara wianjana (huruf konsonan ) dalam sistem penulisan aksara Bali yang melambangkan bunyi /t̪ʰ/ . Jika Ta tawa dari aksara Bali disalin dengan huruf Latin , maka akan ditulis "ta". Menurut dasar ucapannya, Ta tawa termasuk warga aksara dantya ( konsonan gigi /dental). Menurut hembusannya, Ta tawa termasuk aksara mahaprana , atau hembusan besar.
Fonem
Ta diucapkan seperti huruf "t" yang disusul dengan hembusan /h/ , contohnya pada kata: kathaka ( bahasa Sanskerta ), artha ( bahasa Bali ). Namun dalam percakapan ber bahasa Bali zaman sekarang, ucapan aksara tersebut sudah tidak sebagaimana mestinya lagi. Dengan kata lain, ucapan aksara mahaprana sama dengan alpaprana . Maka, aksara yang seharusnya diucapkan sesuai dengan bunyi /t̪̪ʰ/ justru diucapkan seperti bunyi /t̪̪/ .
Penggunaan
Dalam sistem penulisan dengan aksara Bali, Ta tawa digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /t̪̪ʰ/ , baik dari bahasa Bali , maupun bahasa non-Bali. Sering terdapat dalam kosakata bahasa Bali serapan, biasanya diserap dari bahasa Sanskerta maupun Jawa Kuno yang masih mengandung bunyi /t̪̪ʰ/ . Selain itu, Ta tawa dipakai saat mengalihaksarakan aksara selain Bali (misalnya aksara Dewanagari atau Latin ) ke dalam aksara Bali , khusus untuk bunyi /t̪̪ʰ/ . Maksudnya, apabila saat mengalihaksarakan atau menulis aksara non-Bali tersebut ditemukan adanya aksara yang melambangkan bunyi /t̪̪ʰ/ , maka pada saat itulah Ta tawa digunakan.
Lihat pula
Referensi
- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.