![]() |
Artikel bertopik Islam ini berkualitas rendah karena menggunakan gaya bahasa yang
berlebihan dan hiperbolis
tanpa memberikan informasi yang jelas
.
|
Pertempuran Khandaq | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Bagian dari Perang antara Muslim - Quraish | |||||||
![]() Peta Pertempuran Parit |
|||||||
|
|||||||
Pihak terlibat | |||||||
Konfederasi termasuk:
|
|||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
Kekuatan | |||||||
3,000 [ 4 ] | 10,000 [ 4 ] | ||||||
Korban | |||||||
Sedikit korban jiwa | Banyak jatuh korban |
Pertempuran Khandaq ( bahasa Arab : غزوة الخندق , translit. Ghazwat al-Khandaq ), yang juga dikenali sebagai Pertempuran Al-Ahzab (Pertempuran Konfederasi) atau Pengepungan Madinah , terjadi pada bulan Syawal tahun 5 Hijriah atau pada tahun 627 Masehi . Pertempuan dan pengepungan Madinah ini dipelopori oleh pasukan gabungan ( al-Ahzab, konfederasi) antara kaum kafir Quraisy Makkah, suku-suku Arab lain sekutu Quraisy, dan Yahudi Bani Nadir . [ 5 ] Pengepungan tersebut dimulai pada 31 Maret 627, dan berakhir setelah 27 hari. [ 1 ]
Etimologi
Pertempuran ini dinamai Pertempuran Khandaq (Arab الخندق) karena parit yang digali oleh umat Islam dalam persiapan untuk pertempuran. Kalimat Khandaq adalah bentuk bahasa Arab dari bahasa Persia "kandak" (yang berarti "Itu yang telah digali"). [ butuh rujukan ] Pertempuran juga disebut sebagai Pertempuran Ahzab (Konfederasi, bahasa Arab غزوة الاحزاب). Al-Qur'an menggunakan istilah sekutu (Arab الاحزاب) dalam surah Al-Ahzab [Quran 33:9-32] untuk menunjukkan konfederasi Arab pagan dan Arab Yahudi terhadap Islam.
Sebab
Orang-orang Yahudi dari Bani Nadhir yang bertetangga dengan muslimin di Madinah merencanakan pembunuhan Nabi Muhammad namun rencananya terbongkar dan diketahui muslimin. Lalu mereka diusir dan ditempatkan di Khaibar , sebuah wilayah utara di luar Kota Madinah . Hal itu membuat mereka kecewa dan marah. Mereka terdiri atas dua suku utama, yaitu Bani Nadhir dan Bani Wail yang pergi ke Mekah dan Bani Ghathafan guna mengajak menyerang muslimin bersama. [ 5 ]
Konfederasi

Awal tahun 627, orang-orang Yahudi dari Bani Nadir bertemu dengan Quraisy Mekah Arab. , bersama dengan para pemimpin lainnya dari Khaybar , melakukan perjalanan untuk sumpah setia dengan di Mekah. Sebagian besar tentara Konfederasi dikumpulkan oleh pagan Quraish Mekah , yang dipimpin oleh Abu Sufyan , yang menerjunkan 4.000 prajurit, 300 penunggang kuda, dan 1.000-1.500 orang pada unta.
Bani Nadir mulai meriahkan para perantau dari Najd . Mereka meminta Bani Ghatafan dengan membayar setengah dari hasil panen mereka. Rombongan kedua terbesar ini, menambahkan kekuatan sekitar 2.000 300 laki-laki berkuda yang dipimpin oleh . Bani Asad juga setuju untuk bergabung dengan mereka yang dipimpin oleh Thulaihah al-Asadi . [ 6 ] Dari , Nadir dijamin 700 pria, meskipun akan jauh lebih besar memiliki beberapa pemimpinnya tidak bersikap simpatik terhadap Islam. Para Bani Amir , yang memiliki perjanjian dengan Muhammad, menolak untuk bergabung. [ 7 ]
Suku-suku lain termasuk Bani Murrah dengan 400 orang dipimpin oleh dari dengan 700 laki-laki dipimpin oleh Sufyan bin Abd Syams. Secara total, kekuatan tentara Konfederasi, meskipun tidak disepakati oleh ulama, diperkirakan sekitar 10.000 laki-laki dengan enam ratus kuda. Pada akhir Maret 627 tentara yang dipimpin oleh Abu Sufyan berbaris menuju Madinah. [ 4 ]
Pertempuran
Pertempuran Khandak adalah "pertempuran kecerdasan", di mana para ahli taktik Muslim salah satunya Salman al-Farisi mengatasi lawan-lawan mereka, sementara jatuh korban sangatlah sedikit. Upaya konfederasi untuk mengalahkan kaum Muslim gagal, dan kekuatan Islam menjadi berpengaruh di wilayah tersebut. Akibatnya, tentara Muslim mengepung sekitar Bani Quraizah , yang mengarah ke penyerahan tanpa syarat mereka. Kekalahan itu menyebabkan Mekah kehilangan salah satu sumber perdagangan mereka dan sebagian besar adalah kehormatan dari harga diri mereka (Yahudi). [ 5 ]
Persiapan
Untuk melindungi Madinah dari serangan gabungan, maka dibuatlah parit sebagai strategi berperang untuk menghindari serbuan langsung dari pasukan gabungan Quraisy dan bani Nadir . Strategi pembuatan parit di sela sela daerah yang tidak terlindungi oleh pegunungan sebagai tempat perlindungan adalah strategi dari sahabat Rasulullah bernama Salman al-Farisi yang berasal dari Persia , sehingga perang ini disebut dengan pertempuran parit/khandaq. [ 5 ] Sejatinya strategi ini berasal dari Persia, yang dilakukan apabila mereka terkepung atau takut dengan keberadaan pasukan berkuda.
Lalu digalilah parit di bagian utara Madinah selama sembilan/sepuluh hari. Setiap 10 orang menggali sejauh 40 hasta. Sahl bin Sa'ad, dia berkata, "Kami bersama Rasulullah di dalam parit. Sementara orang-orang sedang giat menggalinya. Kami mengusung tanah di pundak kami." Nabi berkata, "Tidak ada kehidupan selain kehidupan akhirat. Ampunilah dosa orang-orang Muhajirin dan Anshar." [ 5 ]
Abu Thalhah berkata, "Kami mengadukan rasa lapar kepada Rasulullah. Lalu kami mengganjal perut kami dengan batu. Beliau juga mengganjal perut dengan dua buah batu."
Al-Barra' bin Malik berkata, "Saat menggali parit, di beberapa tempa tkami terhalang oleh tanah yang sangat keras dan tidak bisa digali dengan cangkul. Kami melaporkan hal ini kepada Nabi. Ia datang, mengambil cangkul dan berkata, "Bismillah ... " Kemudian menghantam tanah yang keras itu dengan sekali hantaman. Beliau bersabda, "Allah Mahabesar, aku diberi tanah Persia. Demi Allah saat ini pun aku bisa melihat Istana Mada'in yang bercat putih." Kemudian ia menghantam untuk ketiga kalinya, dan berkata,"Bismillah ... " Maka hancurlah tanah yang masih tersisa. Kemudian ia berkata, "Allah Mahabesar. Aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintu-pintu gerbang Shan'a." [ 5 ]
Pasukan gabungan datang dengan kekuatan 10.000 pasukan yang siap berperang. Pasukan gabungan membuat kemah di bagian utara-barat Madinah, karena di tempat itu adalah tempat yang paling tepat untuk markas perang. Pada Pertempuran Khandaq, terjadi pengkhianatan dari kaum Yahudi Bani Qurayzhah atas kesepakatan yang telah disetujui sebelumnya untuk mempertahankan kota Madinah, tetapi bani Quraizhah mengkhianati perjanjian itu. [ 8 ]
Dalam salah satu momen pertempuran, terdapat sekelompok orang di antara pasukan Quraisy, seperti Amru bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahal, Dhirar bin Al-Khaththab dan lain-lainya yang mendapatkan lubang parit yang lebih sempit. Mereka terjun melewati bagian parit ini, lalu memutar kuda mereka ke arah bagian yang lebih lembab, antara parit dan Gunung Sal'un. Ali bin Abi Thalib bersama beberapa orang Muslim langsung mengepung daerah yang dapat dilewati beberapa orang Quraisy itu. [ 9 ]
Amru bin Abi Wudd lalu menantang untuk adu tanding, satu lawan satu. Tantangan ini dijawab Ali bin Abu Thalib, dan Ali juga melontarkan perkataan yang membuat Amru sangat marah. Amru yang termasuk salah seorang prajurit Quraisy yang pemberani dan pahlawan mereka, turun dari kuda sambil mengumpat kudanya sendiri dan menempeleng mukanya. Kemudian dia siap berhadapan dengan Ali bin Abu Thalib. Keduanya bertarung bertanding dengan seru, hingga Ali membunuhnya. Sementara yang lain juga merasa terdesak lalu mereka terjun ke parit dan melarikan diri. Mereka benar-benar ketakutan, sampai-sampai Ikrimah bin Abu Jahal meninggalkan tombaknya. [ 5 ]
Jabir berkata bahwa Umar bin Al-Khaththab muncul pada waktu Perang Khandaq, lalu dia terus-menerus mengolok-olok orang-orang kafir Quraisy. Lalu dia berkata, "Wahai Rasulullah, hampir saja aku lupa mengerjakan shalat (ashar), padahal matahari hampir tenggelam." "Aku pun belum sempat mengerjakannya,'' kata beliau. Lalu kami turun membawa alat pembuat tepung. Nabi wudhu' dan kami pun wudhu'. Nabi shalat ashar setelah matahari tenggelam, setelah itu langsung disusul dengan shalat maghrib. [ 5 ]
Pengkhianatan Bani Quraizhah
Menghadapi musuh dari depan sudah cukup membuat pasukan muslimin kewalahan. Tiba-tiba tersiar kabar bahwa Bani Quraizhah dari kelompok yahudi yang kampungnya tepat berada di belakang kaum muslimin, bersiap menyerang muslimin dari belakang. Hal ini dikarenakan pimpinan Bani Nadhir,Huyai datang menemui Ka'ab bin Asad pimpinan Bani Quraizhah mendesaknya untuk bergabung dengan pasukan Mekah menyerang muslimin. Akhirnya ia setuju, maka ketakutan menyelimuti seluruh pasukan muslimin. [ 5 ]
Setelah terjadi pengepungan selama satu bulan penuh Nua'im bin Mas'ud al-Asyja'i yang telah memeluk Islam tanpa sepengetahuan pasukan gabungan dengan keahliannya melakukan propaganda memecah belah pasukan gabungan dengan mendatangi ketiga pihak musuh. [ 5 ] Lalu Allah mengirimkan angin yang memporakporandakan kemah pasukan gabungan, memecahkan periuk-periuk mereka, dan memadamkan api mereka.
Pada momen terakhir, Nabi mengutus intelijen Hudzaifah bin Yaman , [ 9 ] menyusup ke barisan musuh untuk mencari informasi. Dalam kondisi genting pada bagian akhir pertempuran Khandaq. Hudzaifah bercerita,"Malam itu Nabi shalat sebentar kemudian menoleh ke arah kami, lalu bersabda, ‘Siapakah di antara kalian yang bersedia mencari tahu apa yang dilakukan kaum itu (pasukan musuh), kemudian kembali mengabarkannya kepada kami (Rasul memberi syarat bahwa orang yang menyanggupinya mesti kembali) maka Allah akan memasukkannya ke surga.’
Tak ada seorang pun yang berdiri. Kemudian Rasulullah saw. kembali mendirikan shalat, lalu berpaling ke arah kami dan menanyakan pertanyaan serupa. Lagi-lagi, tak seorang pun di antara kami yang berani. Kemudian beliau shalat lagi sebentar, lalu menoleh ke arah kami seraya bersabda, ‘Siapakah di antara kalian yang bersedia mencari tahu apa yang dilakukan kaum itu, kemudian ia kembali maka Allah akan memintanyamenemaniku di surga?’
Tak ada seorang pun yang berani berdiri karena kami diliputi rasa takut, diserang rasa lapar, dan dicekam cuaca yang sangat dingin. Ketika tidak ada seorang pun yang berdiri, Rasulullah memanggilku tetapi ketika itu aku tidak berani berdiri, lalu beliau bersabda, ‘Wahai Hudzaifah, pergilah menyusup ke dalam pasukan musuh. Perhatikan apa yang mereka lakukan. Jangan bertindak ceroboh dan jangan melakukan apa pun sebelum bertanya kepada kami.’
Maka aku segera pergi menyusup ke kantong pasukan musuh. Ketika itu angin berembus kencang, mengempaskan segala yang ada, peralatan masak, alat penerangan, termasuk tenda pasukan. Pada saat itu, Abu Sufyan ibn Harb, panglima pasukan Quraisy, berdiri dan berteriak memperingatkan anak buahnya, ‘Wahai Quraisy, hendaklah masing-masing kalian mempejhatikan kawan duduknya dan memegang tangan serta mengetahui dengan jelas siapa nama orang di sampingmu.’ Maka aku segera memegang tangan seseorang yang berada di sebelahku, lalu bertanya, ‘Siapa namamu?’ Dia menjawab, ‘Namaku fulan ibn fulan.’
Sesaat kemudian, Abu Sufyan kembali mengeluarkan komando, ‘Wahai Quraisy, sesungguhnya kekuatan kalian sudah tidak utuh lagi, kuda-kuda dan unta-unta kira telah binasa, Bani Quraizhah telah berkhianat hingga kita mengalami keburukan yang tidak kita inginkan. Sebagaimana yang kalian saksikan, kita diterjang angin badai yang berembus hebat. Periuk berhamburan, lampu-lampu padam, dan tenda-tenda berantakan.Maka, pulanglah kalian semua, dan aku pun akan pulang.’ Kemudian Abu Sufyan berdiri mendekati iintanya yang dalam keadaan terikat, menaikinya, lalu memukul hewan itu. Unta itu loncat-loncat karena kaget, tetapi tali ikatannya tidak lepas sehingga hewan itu tampak semakin gelisah.”
Khudzaifah berkata, “Kalau saja Rasulullah tidak mewanti-wanti kepadaku untuk tidak melakukan apa pun sampai aku kembali, tentu aku akan membunuhnya dengan anak panah.”
Kemudian aku kembali kepada Rasulullah saw. yang saat itu sedang shalat di perkemahan istrinya. Ketika melihatku, beliau mempersilakanku duduk di hadapan beliau, kemudian aku melaporkan bahwa pasukan Quraisy dan Ghatafan telah bersiap-siap untuk pulang ke negeri mereka.” [ 10 ]
Hingga akhirnya diketahui pasukan gabungan yang dipimpin Abu Sufyan kembali ke rumah mereka di Mekah dengan kegagalan menaklukan kota Madinah . Setelah peperangan itu, Rasulullah dan para sahabat berangkat menuju kediaman Bani Quraizah untuk mengadili mereka. [ 5 ]
Catatan
- ^ a b Watt, Muhammad at Medina , p. 36f.
- ^ "Salinan arsip" . Diarsipkan dari asli tanggal 2011-09-28 . Diakses tanggal 2011-10-09 .
- ^ Gil, Moshe (1997-02-27). Ibn Sa'd, 1(1), 147 VII(2), 113f, Baladhuri, Tarikh Tabari, 1 2960, Muqaddasi, Muthir, 25f; Ibn Hisham, 311 . Cambridge University press. hlm. 119. ISBN 0521599849 . Diakses tanggal 26 January 2020 .
- ^ a b c Rodinson, Muhammad:. Nabi Islam , hal 208
- ^ a b c d e f g h i j k Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah . Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
- ^ al-Halabi, al-Sirat al-Halbiyyah , hal 19
- ^ Lings, Muhammad:. Hidupnya berdasarkan sumber-sumber awal , hal 215f
- ^ Khabbussila, Tsalats Ghulam. "Peristiwa Bulan Syawal: Perang Khandaq dan Strategi Parit" . detikhikmah . Diakses tanggal 2024-01-19 .
- ^ a b Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubal a. Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-270-8
- ^ Hassan, Muhammad Raji (2013). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi . Jakarta: Penerbit Zaman. hlm. 410. ISBN 978-979-024-295-1 . Pemeliharaan CS1: Status URL ( link )
Referensi
- Guillaume, Alfred, The Life of Muhammad: A Translation of Ibn Ishaq's Sirat Rasul Allah . Oxford University Press, 1955. ISBN 0-19-636033-1
Pranala luar
- (Inggris) The Battle Of The Trench Diarsipkan 2018-09-16 di Wayback Machine .
- (Inggris) Al-Ahzab (the Confederates) Invasion
- (Inggris) A Restatement of the History of Islam and Muslims;The Battle of the Trench by Sayed Ali
- Peristiwa Bulan Syawal: Perang Khandaq dan Strategi Parit by Tsalats Ghulam Khabbussila