Biografi | |
---|---|
Kelahiran |
14 Agustus 1940
![]() Lumban SS Torua ![]() |
Kematian |
6 April 2020
![]() Jakarta ![]() |
Penyebab kematian |
Covid-19
![]() |
Kegiatan | |
Pekerjaan |
dokter
![]() |
Naek Lumban Tobing (dikenal sebagai Naek L. Tobing ; 14 Agustus 1940 – 6 April 2020) adalah dokter spesialis psikiatri Indonesia yang dikenal sebagai pelopor ilmu psikoseksual dan bekerja sebagai konselor dalam bidang itu. [ 1 ] Ia menerbitkan buku-buku seksologi , di antaranya Masalah dan Solusi (1994), Seks Pranikah , Seks Extramarital , dan Membangun Keharmonisan Suami-Istri . [ 2 ] Kepakarannya dalam bidang seksologi membuatnya sering mengisi rubrik seksologi di berbagai majalah dan surat kabar nasional. Tidak hanya itu, ia pun menjadi pembicara di banyak acara bertopik kesehatan seksual di berbagai stasiun televisi maupun radio di Indonesia.
Kehidupan dan karier
Kehidupan awal dan pendidikan
Naek Lumban Tobing lahir pada 14 Agustus 1940 di Lumban Suhi Suhi Toruan, Pangururan, Samosir yang pada masa itu merupakan bagian dari Keresidenan Tapanuli . Ayahnya, Marinus Lumban Tobing gelar Sutan Kumala, adalah cucu dari Raja Pontas Lumbantobing , seorang penguasa terkemuka di Silindung . Raja Pontas dikenal sebagai penguasa Batak pertama yang dibaptis oleh misionaris Jerman, Ludwig Ingwer Nommensen . Atas perannya dalam perkembangan Gereja Batak , ia dijuluki sebagai sokoguru gereja ( bahasa Batak Toba : partunggul ni huria ). Raja Pontas Lumbantobing memiliki dua putra, yaitu Raja Herman dan Raja Aristarchus. Ayah dari Marinus adalah Raja Herman. Setelah Raja Aristarchus meninggal dunia, Raja Herman meminta Marinus untuk menikahi janda Raja Aristarchus, seorang wanita boru Sihombing. Meskipun awalnya keberatan, Marinus akhirnya menyetujui permintaan tersebut. Dari pernikahannya dengan boru Sihombing, Marinus memiliki lima orang anak, yaitu Tiolina, Tiomin, Kandace, Tiomina, dan Angkup. [ 3 ]
Ketika Marinus diangkat sebagai Demang Samosir , ia mengajak boru Sihombing dan anak-anaknya untuk pindah ke Pangururan . Pada saat bertugas di Pangururan, Marinus berkenalan dengan Hotmarisi boru Silalahi Sinabutar, putri kepala kampung Sinabutar, yang kemudian dinikahinya. Dari pernikahan inilah Naek dilahirkan. Saudara-saudaranya antara lain Olosinta, Togar Hamonangan, Pittaria, dan Rulia. [ 3 ] Pernikahan Marinus dan Hotmarisi membuat boru Sihombing, istri pertama Marinus, akhirnya kembali ke Tarutung bersama anak-anaknya. [ 4 ]
Pada 7 November 1945, Marinus meninggal dunia di rumahnya setelah mengalami demam yang tidak kunjung sembuh. Naek bersama saudara-saudaranya dan ibunya ada di sekeliling ranjang Marinus pada saat itu. Naek masih berusia 5 tahun. Sepeninggal ayahnya, kehidupan Naek dan keluarganya menjadi lebih sulit. Ibunya berdagang hasil bumi, seperti bawang dan tembakau, bahkan beras hingga ke Simanindo . Selain itu, ibunya dibantu oleh kakaknya menenun ulos untuk dijual. Nasib mereka berubah ketika Hulman Lumban Tobing, keponakan Marinus, rutin mengunjungi mereka setiap kali bertugas di Samosir. Hulman berulang kali membujuk Hotmarisi untuk mengizinkan Togar dan Naek dibawa bersekolah keluar Samosir, namun selalu ditolak. Saat berusia 10 tahun, barulah Naek diberangkatkan ibunya ke rumah abang sepupunya, Hulman, di Tarutung. Sebelumnya, Togar juga telah diberangkatkan untuk bersekolah di Medan . [ 5 ]
Hulman bekerja sebagai dokter. Pada saat itu, ia menjabat sebagai direktur di Rumah Sakit Umum Tarutung. Ia menampung Naek di rumah dinasnya yang cukup luas. Tidak lama berselang, Olosinta pun menyusul Naek untuk tinggal di rumah dinas Hulman. Ia juga dibawa oleh Hulman untuk bersekolah di Tarutung karena selama di Samosir ia disibukkan dengan membantu ibunya berdagang. Naek dan kakaknya belajar di kelas yang sama hingga akhirnya lulus bersamaan pada tahun 1951. Selama di Tarutung, dua orang bersaudara ini berganti-gantian untuk tinggal di rumah abang ayah mereka ( bahasa Batak Toba : amang tua ), Raja Gayus Lumban Tobing. [ 6 ]
Setelah lulus dari fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), dr. Naek L Tobing menjalani pendidikan kedokteran jiwa di UI dan lulus sebagai psikiater. Setelah itu ia mengikuti program seksologi di Minnesota, AS. Setelah kembali ke Indonesia, dr Naek L Tobing merintis bidang seksologi yang di dekade 1980an masih tabu dibicarakan di Indonesia. Salah satu penelitiannya yang kontroversial adalah penelitian bersama dengan majalah Matra yang menyimpulkan 2 dari 3 laki-laki di Jakarta pada tahun 1988 telah melakukan hubungan di luar pernikahan atau menyeleweng/ selingkuh.
Ia menikah dengan dr. Marion Aritonang dan memiliki 6 anak.
Ia meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta, pada hari Senin, 6 April 2020 dalam usia 79 tahun akibat kanker lambung stadium 4 dan penyakit koronavirus 2019 . [ 7 ]
Referensi
- ^ Moedjiono, Atika Walujani (6 April 2020). "Naek L Tobing, Konselor Psikoseksual yang Berdedikasi Tinggi" . Kompas . Diakses tanggal 6 Agustus 2025 .
- ^ Saputra, Erandhi Hutomo (6 April 2020). "Seksolog Senior dr Naek L Tobing Meninggal karena Corona" . Kumparan . Diakses tanggal 6 Agustus 2025 .
- ^ a b Keluarga & Tambunan 2024 , hlm. 2-5.
- ^ Keluarga & Tambunan 2024 , hlm. 6.
- ^ Keluarga & Tambunan 2024 , hlm. 20-23.
- ^ Keluarga & Tambunan 2024 , hlm. 23-25.
- ^ "Meninggal Dunia, Naek L Tobing Positif Corona" . iNews.ID . April 6, 2020.
Daftar pustaka
- Keluarga, Nestor Rico; Tambunan (2024). Naek . Yogyakarta: Kanisius . ISBN 978-979-21-8040-4 . Diakses tanggal 6 Agustus 2025 . Pemeliharaan CS1: Ref menduplikasi bawaan ( link )