Kurma | |
---|---|
Awatara Wisnu berwujud kura-kura
|
|
Anggota Dasawatara | |
![]() |
|
Dewanagari | कूर्म |
Afiliasi | awatara |
Kediaman | Waikunta |
Mantra | Om Kurmaya Namah |
Pemujaan | |
Perayaan | Kurma Jayanti |
Atribut | |
kura-kura | |
Suksesi Dasawatara | |
Sebelumnya | Matsya |
Berikutnya | Waraha |
Keluarga | |
Pasangan | Inkarnasi Laksmi bernama Sindusuta |
Kurma ( Dewanagari : कुर्म; IAST : Kurma ) adalah awatara (penjelmaan) kedua dewa Wisnu dalam agama Hindu , yang berwujud kura-kura raksasa. Menurut sastra Hindu , awatara ini muncul pada masa Satyayuga . Kurma disebut pula sebagai Akupara ( Dewanagari : अकूपार; IAST : Akupāra ) , yang berarti "kura-kura" atau "berbentuk kura-kura". [ 1 ] [ 2 ] [ 3 ] [ 4 ]
Menurut berbagai kitab Purana , Wisnu mengambil wujud seekor kura-kura ( kurma ) dan mengapung di lautan susu ( Ksirasagara atau Ksirarnawa ). Di dasar laut tersebut terdapat harta karun dan tirta amerta yang dapat membuat peminumnya hidup abadi. Para dewa dan asura berlomba-lomba mendapatkannya. Untuk mengaduk laut tersebut, mereka membutuhkan alat dan sebuah gunung yang bernama Mandara digunakan untuk mengaduknya. Para dewa dan asura mengikat gunung tersebut dengan naga Wasuki dan memutarnya. Kurma menopang dasar gunung tersebut dengan tempurungnya. Dewa Indra memegang puncak gunung tersebut agar tidak terangkat ke atas. Setelah sekian lama tirta amerta berhasil didapat dan Dewa Wisnu mengambil alih.
Kurma juga nama dari seorang resi , putra Gretsamada .
Mitologi
Kisah tentang Kurma Awatara muncul dari kisah pemutaran Mandaragiri yang terdapat dalam Kitab Adiparwa , beserta Purana lainnya.
Pencarian amerta
Dikisahkan pada zaman Satyayuga , para dewa dan asura ( raksasa ) bersidang di puncak gunung Meru untuk mencari cara mendapatkan tirta amerta , yaitu air suci yang dapat membuat hidup menjadi abadi. Atas saran Nārāyana ( Wisnu ) bersabda, mereka mencarinya di lautan susu atau laut Ksira ( Ksirasagara ). Setelah mendengar perintah Nārāyana, mereka berangkat ke sana. Sebagai tongkat pengaduk lautan, mereka memilih sebuah gunung bernama Gunung Mandara (Mandaragiri) di Sangka Dwipa (Pulau Sangka). Gunung tersebut dicabut oleh Sang Anantaboga. Setelah mendapat izin dari Baruna (Dewa Samudra), mereka membawa gunung Mandara ke tengah laut Ksira. Kurma menjadi dasar pangkal gunung tersebut. Ia menahan gunung Mandara supaya tidak tenggelam. [ 5 ] [ 6 ]
Naga Basuki dipergunakan sebagai tali, membelit lereng gunung tersebut. Dewa Indra menduduki puncaknya, suapaya gunung tersebut tidak melambung ke atas. Setelah siap, para dewa dan asura mulai memutar gunung Mandara. Para dewa memegang ekornya sedangkan para asura memegang kepalanya. Mereka berjuang mendapatkan tirta amerta sehingga laut bergemuruh. Gunung Mandara menyala, sementara Basuki menyemburkan bisa yang membuat pihak asura kepanasan. Lalu Dewa Indra memanggil awan mendung yang kemudian mengguyur para asura. Lemak segala binatang di gunung Mandara beserta minyak kayu hutannya membuat lautan Ksira mengental, pemutaran Gunung Mandara pun makin diperhebat.
Hasil pencarian

Saat lautan diaduk, racun mematikan yang disebut Kalakuta atau Halahala menyebar. Racun tersebut dapat membunuh segala makhluk hidup. Dewa Siwa kemudian meminum racun tersebut maka lehernya menjadi biru dan disebut Nilakantha (dari bahasa Sanskerta ; Nila berarti biru , Kantha berarti leher ). [ 7 ] Setelah itu, berbagai dewa-dewi, binatang, dan harta karun muncul, yaitu:
- alias Sura, dewi yang menciptakan minuman anggur . [ 8 ]
- Apsara , kaum bidadari kahyangan.
- Kostuba , permata yang paling berharga di dunia.
- Uccaihsrawa , kuda para dewa.
- Kalpawreksa , pohon yang dapat mengabulkan keinginan.
- Kamadenu atau Surabi , sapi yang dapat mengabulkan keinginan.
- Airawata , gajah kendaraan Dewa Indra .
- Laksmi , dewi keberuntungan dan kemakmuran. [ 9 ]
Akhirnya keluarlah Dhanwantari membawa kendi berisi tirta amerta. Karena para dewa sudah banyak mendapat bagian sementara para asura tidak mendapat bagian sedikit pun, maka para asura ingin agar tirta amerta menjadi milik mereka. Akhirnya tirta amerta berada di pihak para asura, sedangkan Gunung Mandara dikembalikan ke tempat asalnya di Sangkadwipa.
Berkat kecerdikan Wisnu yang berubah wujud menjadi Mohini , tirta amerta diambil alih oleh para dewa. Merasa para dewa terlalu diuntungkan, maka terjadilah perang antara para asura melawan para dewa. Agar pertempuran dapat segera diakhiri, Wisnu memunculkan senjata cakra yang mampu menyambar-nyambar para asura. Kemudian mereka lari tunggang langgang karena menderita kekalahan. [ 10 ]
Referensi
- ^ . spokensanskrit.org . Diakses tanggal 2019-12-13 .
- ^ www.wisdomlib.org (2018-05-29). "Kamatha, Kamaṭha: 5 definitions" . www.wisdomlib.org . Diakses tanggal 2019-12-13 .
- ^ . spokensanskrit.org . Diakses tanggal 2019-12-24 .
- ^ "Sanskrit Dictionary: 'ambucara-ātmanā' " . www.sanskritdictionary.com . Diakses tanggal 2019-12-24 .
- ^ Chaturvedi, B. K. (2006). Vishnu Purana (dalam bahasa Inggris). Diamond Pocket Books (P) Ltd. hlm. 25. ISBN 978-81-7182-673-5 .
- ^ Klostermaier, Klaus K. (1994-01-01). A Survey of Hinduism: Second Edition (dalam bahasa Inggris). SUNY Press. hlm. 241. ISBN 978-0-7914-2109-3 .
- ^ Sinha, Purnendu Narayana (1901). A Study of the Bhagavata Purana: Or, Esoteric Hinduism (dalam bahasa Inggris). Freeman & Company, Limited. hlm. 170.
- ^ Krishnan, K. S. (2019-08-12). Origin of Vedas (dalam bahasa Inggris). Notion Press. ISBN 978-1-64587-981-7 .
- ^ Shastri, J. L.; Tagare, Dr G. V. (2000-01-01). The Kurma-Purana Part 1: Ancient Indian Tradition and Mythology Volume 20 (dalam bahasa Inggris). Motilal Banarsidass. hlm. 9. ISBN 978-81-208-3887-1 .
- ^ Sinha, Purnendu Narayana (1901). A Study of the Bhagavata Purana: Or, Esoteric Hinduism (dalam bahasa Inggris). Freeman & Company, Limited. hlm. 172.
Daftar pustaka
- J. L. Brockington (1998). The Sanskrit Epics . BRILL Academic. ISBN 90-04-10260-4 .
- Roshen Dalal (2010). Hinduism: An Alphabetical Guide . Penguin Books India. ISBN 978-0-14-341421-6 .
- Nanditha Krishna (2009). Book Of Vishnu . Penguin Books India. ISBN 978-0-14-306762-7 . Diakses tanggal 5 January 2013 .
- Nanditha Krishna (2010). Sacred Animals of India . Penguin Books India. ISBN 978-0-14-306619-4 .
- Rao, T.A. Gopinatha (1914). Elements of Hindu iconography . Vol. 1: Part I. Madras: Law Printing House.
Pranala luar
- (Inggris) Hindu Gods, Kurma
- (Inggris) Indian Mythology, Kurma Avatar
- (Inggris) Indian Divinity, Kurma Avatar
|
||
Sebelumnya:
Matsya |
Awatara
Wisnu
ke-2 |
Berikutnya:
Waraha |
---|