Ensiklopedia

Kesultanan Paser Darul Aman (sebelumnya bernama ) adalah sebuah kerajaan yang berdiri pada tahun 1516 ^{[ 1 ]} dan dipimpin oleh seorang wanita (Ratu I) yang dinamakan . Wilayah kekuasaan kerajaan Sadurengas meliputi Kabupaten Paser yang ada sekarang, ditambah dengan Kabupaten Penajam Paser Utara , Balikpapan dan Pamukan sekarang menjadi Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kota Baru di Provinsi Kalimantan Selatan . ^{[ 2 ]} Menurut perjanjian VOC-Belanda dengan Kesultanan Banjar , merupakan salah satu bekas negara dependensi ( negara bagian ) di dalam " ". ^{[ 3 ] [ 4 ] [ 5 ] [ 6 ] [ 7 ]} Dalam tahun 1853 penduduk Kesultanan Paser 30.000 jiwa. ^{[ 8 ]}

Tentang terbentuknya awal kerajaan Paser, Haji Aji Abdoel Rasyid dan kawan-kawan yang ditulis oleh M.Irfan lqbal, et.al. Dalam bukunya yang berjudul “ ” mengatakan terbentuknya pada tanggal 2 Safar tahun 9 Hijriyah atau tahun 630 Masehi. Pada saat berusia 22 tahun dilantik atau dinobatkan menjadi ratu (ratu pertama kerajaan Paser) yang semula menjadi . Namun, dalam versi , Kerajaan Sadurangas didirikan pada abad ke-16 atau sekitar tahun 1516 . ^{[ 1 ]}

Sebelum menikah dengan . Putri Petong diyakini menganut kepercayaan animisme atau suatu kepercayaan yang memuja roh-roh halus dan dewa-dewa. Roh-roh halus atau dewa-dewa diyakini bisa membantu sewaktu-waktu diperlukan, untuk memanggil roh-roh halus tersebut dibutuhkan sebuah bangunan berbentuk rumah yang dinamakan , di dalam panti tersebut diberi sesajen kue-kue yang dibuat berbentuk patung-patung dari tepung beras menyerupai roh yang akan dipanggil. Putri Petong setelah bersuamikan Abu Mansyur Indra Jaya, setahun kemudian Putri Petong melahirkan anak yang pertama seorang lelaki yang diberi nama bin . Tiga tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang anak perempuan, yang diberi nama binti dan enam tahun kemudian Putri Petong melahirkan lagi seorang lelaki yang diberi nama bin .

Islamisasi di Kerajaan Paser melalui beberapa jalur, antara lain:

• Jalur perkawinan-perkawinan dilakukan oleh dengan , dari raja komunitas Paser. Begitu juga perkawinan yang kawin dengan anak Putri Petong dengan Abu Mansyur Indra Jaya.
• Jalur perdagangan sungai Kendilo merupakan sungai besar pada zaman mereka, yang selalu dilalui para pedagang dari berbagai daerah Nusantara , termasuk pedagang dari Arab . Interaksi antara masyarakat Kerajaan Paser dengan para menyebabkan sebagian masyarakat penduduk tertarik untuk memeluk agarna Islam.
• Dalam sebuah cerita rakyat, Putri Petong sebelum kawin dengan Abu Mansyur Indra Jaya, sudah beberapa kali kawin, akan tetapi jika akan berhubungan badan dengan lelaki, jika tidak lari dari peraduan atau mati. Hal ini disebabkan yang melekat pada Putri Petong. Kawinlah dengan Abu Mansyur Indra Jaya yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut ^{[ 9 ]}

Daerah Paser saat kedatangan Islam , banyak diketahui dari berbagai tulisan, diantaranya berdasarkan kitab yang ditulis tahun 1350 Hijriyah atau tahun 1920 Masehi yang berjudul " " Sumber lain dari tulisan dengan judul " " tanpa tahun. Sumber yang lain dapat ditelusuri dari sumber-sumber Belanda , diantaranya oleh S.C Knappert dengan judul " " Sedangkan yang memuat legenda Putri Petong ditulis oleh III Nieuwkuyk dalam Versi R , Velome 9 kerajaan Paser juga disinggung dalam tulisan J.Zwager dengan judul " . Seri 4, 1866 .

• Keberadaan kerajaan Paser yang pertama disebutkan di dalam Kakawin Nagarakretagama yang ditulis tahun 1365 , menyatakan Paser adalah salah satu daerah taklukan Gajah Mada dari Majapahit . ^{[ 10 ]} Sedangkan menurut Salasilah Kutai , seorang putera dari bin Aji Batara Agung Paduka Nira menjadi raja muda di Paser. Putera dari raja muda tersebut yang bernama Aji Pangeran Tumenggung Bayabaya kemudian dilantik menjadi Raja Kutai Kartanegara V menggantikan Raja Kutai Kertanegara IV Aji Raja Mandarsyah . Kerajaan Paser yang disebutkan dalam Nagarakretagama maupun dalam Salasilah Kutai merupakan kerajaan yang sama yang masih dalam pemerintahan . Kerajaan berikutnya yang muncul di Tanah Paser adalah Kerajaan Sadurangas yang kelak mengganti namanya sebagai , yang asal mulanya didirikan seorang panglima ( ) dari ( ). ^{[ 11 ]}

• Menurut Hikayat Banjar ( 1663 ), semenjak masa kekuasaan , untuk Negara Dipa (= Banjar Hindu), orang besar (penguasa) Paser sudah menjadi taklukannya. Pasir dalam Hikayat Banjar disebutkan sebagai salah satu tanah yang di atas angin (= negeri di sebelah timur atau utara) yang takluk dan menyerahkan upeti kepada hingga masa , selanjutnya sampai masa Sultan Suriansyah dari Banjar . ^{[ 12 ]}
• Penguasa/orang besar Paser, Haji Tunggul ( Adji Tenggal ) ^{[ 13 ]} ( ) menjadi bawahan Sultan Banjar , Mustain Billah yang berkuasa tahun 1595 - 1642 . Ketika itu telah dipindahkan dari Pemakuan ke daerah (antara 1622-1632) karena sebelumnya pada tahun 1612 diserang VOC , tatkala itu Marhum Panembahan (= Sultan Mustain Billah ) menyuruh membawa sebuah perahu beserta awak perahu empat puluh orang untuk menjemput Aji Tunggul ( Adji Tenggal ) dengan anak-isteri serta keluarganya. Ketika tiba di keraton Banjar waktu itu berada di daerah [[Batang Banyu[[, puteri Aji Tunggul dinikahkan dengan [ ( adipati Kotawaringin ) kemudian memperoleh dua anak, dan . ^{[ 14 ]} Kemudian Andin Juluk menikahi Pangeran Dipati Anta-Kasuma putera Sultan Mustainbillah dengan permaisuri Ratu Agung yaitu yang kelak menjabat adipati/ raja Kotawaringin menggantikan Dipati Ngganding. Pasangan dan Andin Juluk ini memperoleh empat anak: , , dan . Sedangkan Andin Hayu menikahi Pangeran Dipati Tapasena putera Sultan Mustainbillah dari selir orang Jawa , kemudian memperoleh anak Pangeran Aria Wiraraja dan . ^{[ 12 ] [ 15 ]}
• Perkawinan seorang puteri dari Aria Manau/Kakah Ukop/Aji Tunggul, bernama Sri Sukma Dewi yang bergelar Putri Betung ^{[ 16 ]} dengan Abu Mansyur Indra Jaya (pimpinan ekspedisi agama Islam dari Giri ) yang dikaruniai anak, yaitu: ^{[ 17 ]}
  1. ( ), memiliki anak bernama ( )
  2. , memiliki anak bernama dan
• Beberapa tahun berlalu setelah pernikahan binti dengan di , seorang cucu Aji Tunggul ^{[ 18 ]} yaitu ( ) putera dari priyayi dari Giri yang menikah dengan puteri dari ( ) datang berkunjung ke Kesultanan Banjar ketika itu keraton telah dipindah dari ke Martapura , kemudian oleh Sultan Mustainbillah dinikahkan dengan cucunya bernama binti . Dengan adanya perkawinan ini maka Aji Tunggul tidak lagi diharuskan mengantarkan upeti tiap-tiap tahun seperti zaman dahulu kala, karena upeti tersebut sudah diberikan kepada Putri Limbuk/Dayang Limbuk, kecuali hanya jika ada suruhan dari Marhum Panembahan untuk memintanya atau mengambilnya. Dengan demikian, Paser mendapat pembebasan pembayaran upeti, bahkan kemungkinan Raden Aria Mandalika ( ) menjadi di Paser sebagai perwakilan Kesultanan Banjar. Pasangan Aria Mandalika (Adjie Patih) dan Putri Limbuk ini memperoleh anak bernama ( ). Setahun setelah kelahiran , Sultan Mustainbillah kemudian mangkat. ^{[ 12 ]} Dengan demikian maka kemungkinan masih termasuk trah Sultan Banjar IV Marhum Panembahan, II Aji Batara Agung Paduka Nira dan bangsawan dari Giri .
• 1636 , Paser kembali ditaklukan atas bantuan VOC sesuai Perjanjian 4 September 1635 , antara Sultan Banjar dengan VOC. ^{[ 19 ]}
• 1641 , Sultan Mustain Billah menyuruh Kiai Martasura ke Makassar (Tallo-Gowa) untuk menjalin hubungan bilateral kedua negara pada masa I Mangadacinna Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang Sultan Mahmud, Raja Tallo yang menjabat mangkubumi bagi 1638-1654, ia meminjam Pasir kepada Marhum Panembahan sebagai . Sejak itu Paser dan wilayah ring terluar tidak lagi mengirim upeti ke Banjar. ^{[ 20 ]} Peristiwa sebelum adanya Perjanjian Bungaya ini menunjukkan pengakuan Makassar ( ) mengenai kekuasaan Kesultanan Banjar terhadap daerah di sepanjang tenggara dan timur pulau Kalimantan . Pada masa itu terfokus untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di kawasan timur Nusantara . Namun setelah Perjanjian Bungaya (1667), Kesultanan Gowa dilarang berdagang ke timur dan utara Kalimantan .
• Pada abad ke-18 , La Madukelleng menawan daerah Kutai , Paser , Pagatan dan menyerang Banjarmasin tetapi berhasil dipatahkan. Sebelumnya La Madukelleng menikah dengan Andin Anjang/Andeng Ajeng putri dari bin ( ). Ketika Sultan wafat, istri La Maddukelleng dicalonkan menjadi Ratu Paser, Namun sebagian orang-orang Paser menolak pencalonan tersebut dan terjadi pemberontakan di kerajaan. Untuk meredakan keadaan La Maddukelleng bersama Pasukannya menyerang dan menaklukkan Paser. Ia menjadi Raja Paser tahun 1726 – 1736 . Salah seorang putri La Maddukelleng dengan Andeng Ajeng bernama Aji Putri Agung kemudian menikah dengan (Sultan Kutai XIV).
• 1736 , Datanglah Utusan dari Kerajaan Wajo , memanggilnya kembali ke Wajo. Dengan yang baru dibeli dari Inggris , La Madukkeleng bersama Sultan Aji Muhammad Idris dan pasukan ( Kerajaan Kutai ), pasukan Kerajaan Pagatan , dan beberapa tambahan pasukan , berangkat ke Sulawesi untuk bergabung dengan Kerajaan Gowa , Kerajaan Tallo , dan Kerajaan Wajo, untuk menghadapi Kerajaan Bone dan VOC yang dengan Ternate , Tidore , Bacan , , Bugis ( Bone ), Soppeng , Luwu , , , Bajing , Bima . Sepeninggal La Maddukelleng, selanjutnya kerajaan Paser dipimpin (Sultan Paser II) 1738 – 1799 .
• 1765 , VOC berjanji membantu Sultan Banjar Tamjidullah I yang dibantu VOC Belanda untuk menaklukan Paser kembali untuk memungut upeti. Paser sudah berada di bawah pengaruh yang anti VOC Belanda ^{[ 19 ]}
• 1768 – 1799 , Pemerintahan Aji Dipati yang bergelar Sultan Dipati Anom Alamsyah, ia menikahi Ratu Intan I binti Daeng Malewa, Ratu dan Batulicin . ^{[ 21 ]}
• 1787 , Paser sebagai salah satu vazal Banjarmasin yang diserahkan Sultan Banjar Sunan Nata Alam kepada VOC dalam Traktat 13 Agustus 1787 setelah Pangeran Nata diakui oleh VOC sebagai Sultan Banjarmasin dan berhasil menangkap ahli waris Kesultanan Banjar yang sah bin Sultan Muhammadillah yang telah dibantu dan bangsawan Bugis-Paser tetapi gagal. Sunan Nata Alam [ berkuasa atas tanah yang dipinjam dari VOC [ atau sebagai daerah protektorat VOC. ^{[ 19 ]}
• 1797 , Kedaulatan atas Paser dan Pulau Laut diserahkan kembali oleh VOC kepada Sultan Banjar Sunan Nata Alam . Belanda kemudian digantikan oleh Inggris . ^{[ 19 ]}
• 1799 – 1811 , Pemerintahan Aji Panji yang bergelar , ia menganeksasi negeri-negeri Kerajaan Tanah Bumbu yang berada di bawah kekuasaan Raja selama 15 tahun, Aji Radin suami Gusti Besar mati terbunuh oleh seorang Bugis yang menjadi misi dari Sultan Sulaiman raja Paser, kemudian tanah milik Gusti Besar ( )) dapat direbut kembali oleh (anak Gusti Besar) dengan bantuan Punggawa Tatioep.
• 1817 , Paser diserahkan sebagai daerah dalam Kontrak Persetujuan Karang Intan I pada 1 Januari 1817 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen . Hal ini terjadi setelah Belanda masuk kembali ke Kalimantan menggantikan Inggris . ^{[ 19 ]}
• 1823 , Paser menjadi daerah pendudukan Hindia Belanda dalam Kontrak pada 13 September 1823 antara Sultan Sulaiman dari Banjar dengan Hindia Belanda diwakili Residen . ^{[ 19 ]}
• 1826 , Paser ditegaskan kembali menjadi daerah pendudukan Hindia Belanda menurut Perjanjian Sultan Adam dari Banjar dengan Hindia Belanda yang ditandatangani dalam loji Belanda di Banjarmasin pada tanggal 4 Mei 1826 . ^{[ 19 ]}
• 1815 – 1843 , Pemerintahan , ia membuat kontrak politik dengan Hindia Belanda .
• 1849 , Berdasarkan no. 40 tahun 1849, wilayah Paser termasuk dalam menurut Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie , pada 27 Agustus 1849, No. 8. ^{[ 22 ]}
• 1880 – 1897 , Pemerintahan , dialah yang pertama kali berani menentang Belanda sehingga ia dibuang dan mangkat di Banjarmasin ^{[ 23 ]}
• 1906 - 1918 , masa perjuangan rakyat Paser melawan pemerintahan kolonial Hindia Belanda .
• Hingga 1959 , Wilayah Paser berstatus kawedanan di dalam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan .

Kesultanan Pasir mengadakan kontrak dengan Belanda pada 18 November 1850 di bawah . ^{[ 25 ]} Kesultanan Pasir merupakan salah satu daerah dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178.

• (Indonesia) Kesultanan Pasir
• (Inggris) Silsilah Raja Pasir
• http://kabarbanjarmasin.com/posting/keluarga-gusti-dan-keluarga-sultan-pasir.html Diarsipkan 2015-04-19 di Wayback Machine .