Petualangan Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025 di Shenzhen, Tiongkok, berakhir lebih cepat dari yang diharapkan. Setelah dua kekalahan beruntun di babak penyisihan grup, Garuda Nusantara dipastikan gagal melaju ke babak selanjutnya dan otomatis kehilangan tiket ke Piala Dunia U-20 2025. Kekalahan telak 0-3 dari Iran U-20 pada 13 Februari lalu disusul dengan kekalahan 1-3 dari Uzbekistan U-20 (juara bertahan) tiga hari kemudian, telah memastikan nasib Tim Garuda Nusantara.
Meskipun masih menyisakan satu pertandingan melawan Yaman U-20 pada 19 Februari, peluang untuk lolos ke semifinal dan mengamankan tiket ke Piala Dunia U-20 2025 sudah tertutup. Hasil ini tentu mengecewakan, mengingat persiapan panjang dan pemusatan latihan intensif yang telah dijalani tim asuhan Indra Sjafri selama berbulan-bulan. Banyak pihak yang mempertanyakan efektifitas persiapan tersebut dan kinerja pelatih kepala.
Indra Sjafri sendiri mengakui hasil yang kurang memuaskan dan menyatakan tanggung jawab penuh atas performa tim. Ia menekankan pentingnya pengalaman dan pembelajaran yang didapat pemain dari turnamen ini, walau hasil akhir kurang menggembirakan. Sementara itu, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan dukungan dan menegaskan komitmen untuk melanjutkan program pembinaan Timnas U-20 demi regenerasi timnas senior di masa depan. Thohir menyebut kegagalan ini sebagai pelajaran berharga bagi tim muda Indonesia.
Pertandingan terakhir melawan Yaman U-20 kini hanya menjadi laga formalitas. Pertanyaannya adalah, apa yang akan dilakukan PSSI selanjutnya untuk mengevaluasi kegagalan ini dan memperbaiki program pembinaan usia muda? Siapa yang bertanggung jawab atas kegagalan ini? Dan bagaimana strategi untuk mempersiapkan timnas muda di masa depan agar dapat meraih prestasi lebih baik di ajang internasional? Kegagalan ini menjadi catatan penting bagi semua pihak yang terlibat dalam sepak bola Indonesia. Harapannya, evaluasi menyeluruh dapat dilakukan untuk menghindari kekecewaan serupa di masa mendatang.
Petualangan Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2025 di Shenzhen, Tiongkok, berakhir lebih cepat dari yang diharapkan. Setelah dua kekalahan beruntun di babak penyisihan grup, Garuda Nusantara dipastikan gagal melaju ke babak selanjutnya dan otomatis kehilangan tiket ke Piala Dunia U-20 2025. Kekalahan telak 0-3 dari Iran U-20 pada 13 Februari lalu disusul dengan kekalahan 1-3 dari Uzbekistan U-20 (juara bertahan) tiga hari kemudian, telah memastikan nasib Tim Garuda Nusantara.
Meskipun masih menyisakan satu pertandingan melawan Yaman U-20 pada 19 Februari, peluang untuk lolos ke semifinal dan mengamankan tiket ke Piala Dunia U-20 2025 sudah tertutup. Hasil ini tentu mengecewakan, mengingat persiapan panjang dan pemusatan latihan intensif yang telah dijalani tim asuhan Indra Sjafri selama berbulan-bulan. Banyak pihak yang mempertanyakan efektifitas persiapan tersebut dan kinerja pelatih kepala.
Indra Sjafri sendiri mengakui hasil yang kurang memuaskan dan menyatakan tanggung jawab penuh atas performa tim. Ia menekankan pentingnya pengalaman dan pembelajaran yang didapat pemain dari turnamen ini, walau hasil akhir kurang menggembirakan. Sementara itu, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan dukungan dan menegaskan komitmen untuk melanjutkan program pembinaan Timnas U-20 demi regenerasi timnas senior di masa depan. Thohir menyebut kegagalan ini sebagai pelajaran berharga bagi tim muda Indonesia.
Pertandingan terakhir melawan Yaman U-20 kini hanya menjadi laga formalitas. Pertanyaannya adalah, apa yang akan dilakukan PSSI selanjutnya untuk mengevaluasi kegagalan ini dan memperbaiki program pembinaan usia muda? Siapa yang bertanggung jawab atas kegagalan ini? Dan bagaimana strategi untuk mempersiapkan timnas muda di masa depan agar dapat meraih prestasi lebih baik di ajang internasional? Kegagalan ini menjadi catatan penting bagi semua pihak yang terlibat dalam sepak bola Indonesia. Harapannya, evaluasi menyeluruh dapat dilakukan untuk menghindari kekecewaan serupa di masa mendatang.