Manchester United sedang dalam krisis. Penampilan buruk di musim 2024/2025, termasuk tersingkirnya mereka dari Piala FA, telah memicu perdebatan sengit tentang penyebab keterpurukan Setan Merah. Di tengah pergantian manajer – dari Erik ten Hag ke Ruben Amorim – dan pemangkasan staf manajemen, sebuah nama besar terus muncul sebagai kambing hitam: Sir Alex Ferguson.
MU saat ini terpuruk di peringkat 14 klasemen Premier League, harapan mereka untuk lolos ke kompetisi Eropa hanya bergantung pada keberhasilan di Liga Europa. Situasi ini telah memicu kritik, termasuk dari legenda klub Wayne Rooney, yang menganggap ambisi Amorim untuk mengembalikan MU ke puncak sebagai sesuatu yang “naif”.
Namun, kritik yang lebih tajam datang dari Gary Lineker. Mantan striker kenamaan itu menuding Ferguson turut bertanggung jawab atas keadaan klub saat ini. Menurut Lineker, kepergian Ferguson pada tahun 2013, bersamaan dengan chief executive David Gill, telah meninggalkan MU tanpa fondasi yang kuat. Ia menunjuk perbedaan dengan Liverpool, yang meskipun berganti manajer dari Jurgen Klopp ke Arne Slot, tetap kokoh berkat fondasi kuat yang telah dibangun pendahulunya. Lineker bahkan menyatakan bahwa skuad MU di musim terakhir Ferguson pun sudah tidak berada di level tertinggi, dan akademi mereka tak lagi menghasilkan bakat-bakat muda potensial.
Pendapat serupa juga muncul dari dalam tubuh MU sendiri. Laporan menyebutkan bahwa pihak INEOS, pemilik klub, juga menyalahkan Ferguson atas kemerosotan tim. Mereka menilai Ferguson gagal beradaptasi dengan perkembangan terkini dalam dunia kepelatihan dan perekrutan pemain, berdampak buruk jangka panjang bagi klub.
Sejak kepergian Ferguson, MU memang belum pernah menjuarai Premier League. Dominasi mereka di liga telah tergeser oleh rival-rivalnya, seperti Manchester City dan Liverpool. Pertanyaan besar yang muncul sekarang adalah: apakah warisan Ferguson, yang begitu gemilang di masa lalu, kini justru menjadi akar masalah bagi Manchester United? Ataukah masalah yang dihadapi MU jauh lebih kompleks daripada sekadar tanggung jawab seorang manajer legendaris? Jawabannya mungkin tak sesederhana yang terlihat.
Manchester United sedang dalam krisis. Penampilan buruk di musim 2024/2025, termasuk tersingkirnya mereka dari Piala FA, telah memicu perdebatan sengit tentang penyebab keterpurukan Setan Merah. Di tengah pergantian manajer – dari Erik ten Hag ke Ruben Amorim – dan pemangkasan staf manajemen, sebuah nama besar terus muncul sebagai kambing hitam: Sir Alex Ferguson.
MU saat ini terpuruk di peringkat 14 klasemen Premier League, harapan mereka untuk lolos ke kompetisi Eropa hanya bergantung pada keberhasilan di Liga Europa. Situasi ini telah memicu kritik, termasuk dari legenda klub Wayne Rooney, yang menganggap ambisi Amorim untuk mengembalikan MU ke puncak sebagai sesuatu yang “naif”.
Namun, kritik yang lebih tajam datang dari Gary Lineker. Mantan striker kenamaan itu menuding Ferguson turut bertanggung jawab atas keadaan klub saat ini. Menurut Lineker, kepergian Ferguson pada tahun 2013, bersamaan dengan chief executive David Gill, telah meninggalkan MU tanpa fondasi yang kuat. Ia menunjuk perbedaan dengan Liverpool, yang meskipun berganti manajer dari Jurgen Klopp ke Arne Slot, tetap kokoh berkat fondasi kuat yang telah dibangun pendahulunya. Lineker bahkan menyatakan bahwa skuad MU di musim terakhir Ferguson pun sudah tidak berada di level tertinggi, dan akademi mereka tak lagi menghasilkan bakat-bakat muda potensial.
Pendapat serupa juga muncul dari dalam tubuh MU sendiri. Laporan menyebutkan bahwa pihak INEOS, pemilik klub, juga menyalahkan Ferguson atas kemerosotan tim. Mereka menilai Ferguson gagal beradaptasi dengan perkembangan terkini dalam dunia kepelatihan dan perekrutan pemain, berdampak buruk jangka panjang bagi klub.
Sejak kepergian Ferguson, MU memang belum pernah menjuarai Premier League. Dominasi mereka di liga telah tergeser oleh rival-rivalnya, seperti Manchester City dan Liverpool. Pertanyaan besar yang muncul sekarang adalah: apakah warisan Ferguson, yang begitu gemilang di masa lalu, kini justru menjadi akar masalah bagi Manchester United? Ataukah masalah yang dihadapi MU jauh lebih kompleks daripada sekadar tanggung jawab seorang manajer legendaris? Jawabannya mungkin tak sesederhana yang terlihat.
Sumber : https://www.bola.com/inggris/read/5943693/lagi-sir-alex-ferguson-dituding-ikut-andil-kemerosotan-mu