Timnas Indonesia bersiap menyambut tiga pemain naturalisasi baru: Emil Audero Mulyadi, Dean James, dan Joey Pelupessy. Ketiganya diharapkan memperkuat skuad Garuda di dua laga krusial kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Australia dan Bahrain. Kedatangan mereka menandai babak baru dalam program naturalisasi, dengan proses seleksi yang kini jauh lebih ketat.
Menurut pengamat sepak bola, proses perekrutan pemain diaspora Indonesia kini lebih selektif dibandingkan era Shin Tae-yong. Jika sebelumnya PSSI terkesan terpaksa menaturalisasi pemain karena keterbatasan pilihan, kini mereka memiliki lebih banyak opsi dan dapat memilih pemain dengan kualitas yang lebih tinggi. Meskipun tidak semua pemain naturalisasi sebelumnya menunjukkan performa mengesankan, pengamat tersebut menekankan pentingnya menghargai kontribusi mereka sebagai pelopor bagi pemain keturunan lainnya yang bersedia membela Timnas Indonesia. Mereka mendesak agar PSSI memperlakukan pemain naturalisasi sebelumnya dengan profesional, dan tidak mengabaikan kontribusi mereka setelah tidak lagi dibutuhkan di timnas senior. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan memberikan kesempatan bermain di timnas U-20 dan U-23.
Keberhasilan menarik pemain-pemain seperti Emil Audero menunjukkan keseriusan PSSI dalam membangun Timnas Indonesia. Pemain-pemain Eropa berkualitas tinggi seperti Audero termotivasi untuk bergabung karena melihat komitmen dan visi jangka panjang PSSI, termasuk ambisi lolos ke Piala Dunia. Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam daya tarik Timnas Indonesia di mata pemain internasional. Proses naturalisasi yang lebih selektif ini diyakini akan meningkatkan kualitas skuad dan peluang Timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026.
Timnas Indonesia bersiap menyambut tiga pemain naturalisasi baru: Emil Audero Mulyadi, Dean James, dan Joey Pelupessy. Ketiganya diharapkan memperkuat skuad Garuda di dua laga krusial kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Australia dan Bahrain. Kedatangan mereka menandai babak baru dalam program naturalisasi, dengan proses seleksi yang kini jauh lebih ketat.
Menurut pengamat sepak bola, proses perekrutan pemain diaspora Indonesia kini lebih selektif dibandingkan era Shin Tae-yong. Jika sebelumnya PSSI terkesan terpaksa menaturalisasi pemain karena keterbatasan pilihan, kini mereka memiliki lebih banyak opsi dan dapat memilih pemain dengan kualitas yang lebih tinggi. Meskipun tidak semua pemain naturalisasi sebelumnya menunjukkan performa mengesankan, pengamat tersebut menekankan pentingnya menghargai kontribusi mereka sebagai pelopor bagi pemain keturunan lainnya yang bersedia membela Timnas Indonesia. Mereka mendesak agar PSSI memperlakukan pemain naturalisasi sebelumnya dengan profesional, dan tidak mengabaikan kontribusi mereka setelah tidak lagi dibutuhkan di timnas senior. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan memberikan kesempatan bermain di timnas U-20 dan U-23.
Keberhasilan menarik pemain-pemain seperti Emil Audero menunjukkan keseriusan PSSI dalam membangun Timnas Indonesia. Pemain-pemain Eropa berkualitas tinggi seperti Audero termotivasi untuk bergabung karena melihat komitmen dan visi jangka panjang PSSI, termasuk ambisi lolos ke Piala Dunia. Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam daya tarik Timnas Indonesia di mata pemain internasional. Proses naturalisasi yang lebih selektif ini diyakini akan meningkatkan kualitas skuad dan peluang Timnas Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia 2026.