Peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika 1955 menjadi momentum penting untuk memperkuat kerja sama negara-negara berkembang atau Global South. Sebuah simposium internasional di Bandung menekankan perlunya “Bandung 2.0” di tengah tantangan global saat ini seperti ketegangan geopolitik, hambatan ekonomi, dan melemahnya kerja sama multilateral.
Para pembicara, termasuk perwakilan dari India dan Indonesia, sepakat bahwa Konferensi Bandung dulu merupakan peristiwa bersejarah yang mendorong dekolonisasi, mempererat solidaritas antarnegara Asia-Afrika, dan melahirkan kerja sama Selatan-Selatan. Mereka berpendapat bahwa semangat tersebut perlu dihidupkan kembali untuk mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi negara-negara berkembang.
Salah satu solusi yang ditawarkan adalah meningkatkan kerja sama ekonomi, berbagi teknologi, dan mendorong reformasi dalam lembaga-lembaga global agar lebih demokratis dan representatif. India, sebagai contoh, telah aktif berkontribusi melalui berbagai inisiatif seperti penyelenggaraan Voice of Global South Summits, dukungan vaksinasi COVID-19, pengembangan infrastruktur digital, dan pengusungan aspirasi Global South dalam Presidensi G20.
Indonesia dan India, sebagai negara-negara besar dan demokrasi kuat di kawasan Indo-Pasifik, dianggap memiliki peran kunci dalam memimpin upaya ini. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme, hukum internasional, dan kedaulatan nasional, kedua negara diharapkan dapat menjadi penggerak utama persatuan dan penguatan Global South. Keanggotaan Indonesia dalam BRICS pun dipandang sebagai langkah strategis untuk memperkuat suara negara-negara berkembang di dunia.
Simposium tersebut menyerukan reformasi lembaga-lembaga multilateral, termasuk Dewan Keamanan PBB, agar representasi negara-negara berkembang lebih adil. Pesan utamanya adalah pentingnya komunikasi, konsultasi, dan kerja sama yang lebih erat antarnegara Global South untuk menghadapi tantangan bersama dan mencapai kemajuan ekonomi dan sosial yang lebih baik. Intinya, semangat persatuan dan solidaritas yang lahir di Bandung 70 tahun lalu harus kembali dihidupkan untuk masa depan yang lebih baik bagi negara-negara berkembang.