Baru tiga bulan menjabat sebagai manajer Manchester United (MU), Ruben Amorim sudah dihadapkan pada situasi yang pelik. Posisi MU yang terpuruk di peringkat ke-15 klasemen Liga Inggris—prestasi terburuk mereka dalam 51 tahun terakhir—telah memicu spekulasi tentang masa depan sang pelatih asal Portugal. Banyak yang bertanya-tanya apakah Amorim akan bertahan lebih lama di Old Trafford. Lima faktor kunci berikut ini dapat menjelaskan mengapa kepergiannya mungkin terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
1. Bayang-bayang Sir Jim Ratcliffe dan Kebijakan Kontroversial: Pengambilalihan MU oleh Sir Jim Ratcliffe awalnya disambut dengan antusias, namun kebijakannya yang kontroversial—termasuk penghematan biaya drastis dan pemecatan beberapa tokoh penting seperti Sir Alex Ferguson dari peran duta klub—telah menciptakan ketidakstabilan di internal klub. Atmosfer yang kurang kondusif ini berdampak langsung pada Amorim dan stafnya, sehingga membuat mereka kesulitan bekerja secara optimal. Akibatnya, Amorim mungkin merasa sulit untuk menjalankan visi kepelatihannya.
2. Minimnya Dukungan di Bursa Transfer: Berbeda dengan reputasi MU sebagai klub penghambur uang di bursa transfer, di bawah kepemimpinan Ratcliffe, kebijakan hemat justru diterapkan. Di bursa transfer Januari, MU hanya mendatangkan Patrick Dorgu, sementara kebutuhan utama tim—seorang penyerang—diabaikan. Lebih mengejutkan lagi, MU melepas Marcus Rashford dan Antony dengan status pinjaman, semakin memperlemah lini serang yang sudah krisis. Kurangnya dukungan ini membuat Amorim merasa kesulitan untuk membangun tim yang kompetitif.
3. Ketidakjelasan Arah Klub: Pergantian dan pemecatan staf manajemen yang dilakukan secara tiba-tiba—contohnya kasus Dan Ashworth yang dipecat hanya lima bulan setelah direkrut—menciptakan ketidakpastian di level manajemen. Hal ini menimbulkan ketidakstabilan internal yang mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan. Bagi Amorim, situasi ini memberikan gambaran kurang cerah untuk masa depannya di klub.
4. Masalah Taktik dan Ketidakpuasan Pemain: Formasi 3-4-2-1 andalan Amorim, yang sukses di Sporting Lisbon, belum menunjukkan hasil yang signifikan di MU. Kekalahan 0-1 dari Tottenham menjadi bukti bahwa lini tengah MU masih mudah ditembus. Muncul rumor bahwa beberapa pemain mulai kehilangan kepercayaan pada taktik Amorim, merasa kemenangan yang diraih lebih bergantung pada kualitas individu daripada strategi tim yang efektif. Jika suasana ruang ganti semakin memburuk, maka masa depan Amorim di MU akan semakin terancam.
5. Menyelamatkan Reputasi: Sebelum menerima tawaran MU, Amorim sebenarnya ingin tetap di Sporting Lisbon hingga akhir musim 2024/2025 agar memiliki waktu untuk membangun tim. Namun, tekanan dari MU membuatnya menerima tawaran tersebut. Kini, dengan situasi yang jauh dari ideal, Amorim mungkin mempertimbangkan untuk mundur dan menyelamatkan reputasinya sebagai pelatih muda berbakat di Eropa, agar tak tercoreng oleh kegagalan di Old Trafford.
Kesimpulannya, berbagai faktor internal dan eksternal, dari kebijakan kepemilikan hingga masalah taktik dan dukungan di bursa transfer, membuat masa depan Ruben Amorim di Manchester United tampak kurang menentu. Kepergiannya lebih cepat dari yang diperkirakan bukan lagi sebuah hal yang mustahil.
Baru tiga bulan menjabat sebagai manajer Manchester United (MU), Ruben Amorim sudah dihadapkan pada situasi yang pelik. Posisi MU yang terpuruk di peringkat ke-15 klasemen Liga Inggris—prestasi terburuk mereka dalam 51 tahun terakhir—telah memicu spekulasi tentang masa depan sang pelatih asal Portugal. Banyak yang bertanya-tanya apakah Amorim akan bertahan lebih lama di Old Trafford. Lima faktor kunci berikut ini dapat menjelaskan mengapa kepergiannya mungkin terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan.
1. Bayang-bayang Sir Jim Ratcliffe dan Kebijakan Kontroversial: Pengambilalihan MU oleh Sir Jim Ratcliffe awalnya disambut dengan antusias, namun kebijakannya yang kontroversial—termasuk penghematan biaya drastis dan pemecatan beberapa tokoh penting seperti Sir Alex Ferguson dari peran duta klub—telah menciptakan ketidakstabilan di internal klub. Atmosfer yang kurang kondusif ini berdampak langsung pada Amorim dan stafnya, sehingga membuat mereka kesulitan bekerja secara optimal. Akibatnya, Amorim mungkin merasa sulit untuk menjalankan visi kepelatihannya.
2. Minimnya Dukungan di Bursa Transfer: Berbeda dengan reputasi MU sebagai klub penghambur uang di bursa transfer, di bawah kepemimpinan Ratcliffe, kebijakan hemat justru diterapkan. Di bursa transfer Januari, MU hanya mendatangkan Patrick Dorgu, sementara kebutuhan utama tim—seorang penyerang—diabaikan. Lebih mengejutkan lagi, MU melepas Marcus Rashford dan Antony dengan status pinjaman, semakin memperlemah lini serang yang sudah krisis. Kurangnya dukungan ini membuat Amorim merasa kesulitan untuk membangun tim yang kompetitif.
3. Ketidakjelasan Arah Klub: Pergantian dan pemecatan staf manajemen yang dilakukan secara tiba-tiba—contohnya kasus Dan Ashworth yang dipecat hanya lima bulan setelah direkrut—menciptakan ketidakpastian di level manajemen. Hal ini menimbulkan ketidakstabilan internal yang mempengaruhi kinerja tim secara keseluruhan. Bagi Amorim, situasi ini memberikan gambaran kurang cerah untuk masa depannya di klub.
4. Masalah Taktik dan Ketidakpuasan Pemain: Formasi 3-4-2-1 andalan Amorim, yang sukses di Sporting Lisbon, belum menunjukkan hasil yang signifikan di MU. Kekalahan 0-1 dari Tottenham menjadi bukti bahwa lini tengah MU masih mudah ditembus. Muncul rumor bahwa beberapa pemain mulai kehilangan kepercayaan pada taktik Amorim, merasa kemenangan yang diraih lebih bergantung pada kualitas individu daripada strategi tim yang efektif. Jika suasana ruang ganti semakin memburuk, maka masa depan Amorim di MU akan semakin terancam.
5. Menyelamatkan Reputasi: Sebelum menerima tawaran MU, Amorim sebenarnya ingin tetap di Sporting Lisbon hingga akhir musim 2024/2025 agar memiliki waktu untuk membangun tim. Namun, tekanan dari MU membuatnya menerima tawaran tersebut. Kini, dengan situasi yang jauh dari ideal, Amorim mungkin mempertimbangkan untuk mundur dan menyelamatkan reputasinya sebagai pelatih muda berbakat di Eropa, agar tak tercoreng oleh kegagalan di Old Trafford.
Kesimpulannya, berbagai faktor internal dan eksternal, dari kebijakan kepemilikan hingga masalah taktik dan dukungan di bursa transfer, membuat masa depan Ruben Amorim di Manchester United tampak kurang menentu. Kepergiannya lebih cepat dari yang diperkirakan bukan lagi sebuah hal yang mustahil.