Inter Milan tengah berada di persimpangan jalan yang menantang. Sebagai satu-satunya perwakilan Italia yang tersisa di Liga Champions, mereka harus menghadapi Feyenoord di babak 16 besar. Namun, perjuangan di kancah domestik juga tak kalah sengit. Nerazzurri masih berpeluang besar untuk meraih scudetto Serie A, terpaut hanya dua poin dari sang pemuncak klasemen, Napoli.
Wakil Presiden Inter, Javier Zanetti, mengakui beratnya tantangan ini. Ia memuji perjalanan impresif timnya di Liga Champions hingga fase gugur, hanya kalah sekali dan kemasukan satu gol sepanjang fase grup. Prestasi ini menempatkan mereka di posisi keempat klasemen grup, unggul atas Arsenal hanya karena selisih gol. Meskipun demikian, Zanetti menegaskan bahwa Feyenoord adalah lawan yang patut dihormati, mengingat keberhasilan mereka menyingkirkan AC Milan di babak play-off.
Beban tanggung jawab pun terasa lebih berat. Sebagai satu-satunya tim Italia yang tersisa di Liga Champions, Inter Milan seakan memikul harapan seluruh Negeri Pizza untuk berjaya di Eropa. Zanetti menyatakan tekad bulat untuk membawa harum nama Italia di kompetisi elit ini. Namun, tantangannya bukan hanya Feyenoord. Mereka juga harus menghadapi jadwal padat, termasuk laga tandang melawan Napoli—pesaing terdekat di Serie A—beberapa hari sebelum leg pertama melawan Feyenoord.
Pertanyaan krusial pun muncul: apakah Inter harus memprioritaskan Serie A atau Liga Champions? Zanetti tegas menjawab: tidak ada pilihan. Inter Milan harus berjuang habis-habisan di kedua kompetisi. Mereka tak bisa memilih, karena ambisi untuk meraih gelar juara Serie A dan melanjutkan kiprah gemilang di Liga Champions sama kuatnya. Mentalitas pantang menyerah akan menjadi kunci keberhasilan Inter Milan dalam menghadapi ujian berat ini. Sejarah pun menjadi motivasi tambahan. Inter Milan adalah tim Italia terakhir yang berhasil menjuarai Liga Champions, dan mereka bertekad untuk kembali mengukir prestasi serupa.
Inter Milan tengah berada di persimpangan jalan yang menantang. Sebagai satu-satunya perwakilan Italia yang tersisa di Liga Champions, mereka harus menghadapi Feyenoord di babak 16 besar. Namun, perjuangan di kancah domestik juga tak kalah sengit. Nerazzurri masih berpeluang besar untuk meraih scudetto Serie A, terpaut hanya dua poin dari sang pemuncak klasemen, Napoli.
Wakil Presiden Inter, Javier Zanetti, mengakui beratnya tantangan ini. Ia memuji perjalanan impresif timnya di Liga Champions hingga fase gugur, hanya kalah sekali dan kemasukan satu gol sepanjang fase grup. Prestasi ini menempatkan mereka di posisi keempat klasemen grup, unggul atas Arsenal hanya karena selisih gol. Meskipun demikian, Zanetti menegaskan bahwa Feyenoord adalah lawan yang patut dihormati, mengingat keberhasilan mereka menyingkirkan AC Milan di babak play-off.
Beban tanggung jawab pun terasa lebih berat. Sebagai satu-satunya tim Italia yang tersisa di Liga Champions, Inter Milan seakan memikul harapan seluruh Negeri Pizza untuk berjaya di Eropa. Zanetti menyatakan tekad bulat untuk membawa harum nama Italia di kompetisi elit ini. Namun, tantangannya bukan hanya Feyenoord. Mereka juga harus menghadapi jadwal padat, termasuk laga tandang melawan Napoli—pesaing terdekat di Serie A—beberapa hari sebelum leg pertama melawan Feyenoord.
Pertanyaan krusial pun muncul: apakah Inter harus memprioritaskan Serie A atau Liga Champions? Zanetti tegas menjawab: tidak ada pilihan. Inter Milan harus berjuang habis-habisan di kedua kompetisi. Mereka tak bisa memilih, karena ambisi untuk meraih gelar juara Serie A dan melanjutkan kiprah gemilang di Liga Champions sama kuatnya. Mentalitas pantang menyerah akan menjadi kunci keberhasilan Inter Milan dalam menghadapi ujian berat ini. Sejarah pun menjadi motivasi tambahan. Inter Milan adalah tim Italia terakhir yang berhasil menjuarai Liga Champions, dan mereka bertekad untuk kembali mengukir prestasi serupa.