Prasasti Marimbong atau Prasasti Trowulan II dalam Koleksi Museum Nasional merupakan bukti otentik dari wilayah Jipang (Bojonegoro dan Blora) pada masa Raja Wisnuwardhana yang berasal dari Kerajaan Singhasari tahun 1170 Saka (1248 M), namun telah direvisi oleh Louis Damais menjadi 1186 Saka (1264 M). [ 1 ]
Disebutkan dalam Prasasti Maribong bahwa gelar Wisnuwardhana adalah Sri Sakalakalanakulamadhumarddhana Kamaleksana namabhseka Sri Jaya Wisnuwardhana Sang Mapanji Sminingrat. Menurut , Wisnuwardhana adalah anak Anusapati yang naik takhta pada tahun 1248 dan memerintah hingga 1268 M.
Tamahastawanabhinnasrantalokapalaka. kumonaken irikang wanwa i maribong watek atagan jipang . (baris ke-5 Prasasti Maribong). [ 2 ]
Pada baris ke-5 menerangkan bahwa Maribong, semula daerah bawahan Jipang, dinobatkan menjadi tanah simaswatantra oleh Raja Wisnuwardhana. Alasan penobatan ini, karena lokasi itu dihuni Para Brahmana (Empu), yang membantu kakek (leluhur) Raja Wisnuwardhana dalam menyatukan Jawa
Informasi ini sesuai Naskah Negarakertagama yang menyebut, Sri Ranggah Rajasa (Pendiri Singhasari dan leluhur raja-raja Majapahit ) telah berhasil menyatukan Jawa. Penyatuan Jawa yang dimaksud, adalah penyatuan Jenggala dan Panjalu. Sebuah kerajaan besar yang atas nama kedamaian, pernah dibelah menjadi dua oleh Empu Bharada
Dari Prasasti Maribong, didapat informasi bahwa Raja Wisnuwardhana pernah bergelar Panji Semining Rat, sebuah nama yang kelak juga dipakai oleh Kertawardhana, ayah dari Raja Hayam Wuruk, raja paling berkuasa di Nusantara. Artinya, Hayam Wuruk sang Raja Majapahit ini, mengambil semangat sang leluhur (Raja Wisnuwardhana) untuk menyatukan seluruh Jawa.
Raja Wisnuwardhana sangat menghormati Maribong. la menjadikan wilayah itu istimewa untuk urusan spiritual keagamaan. Karena itu, sudah seharusnya di tempat itu, dulu banyak sekali Para Brahmana (Mpu), figur yang disebut telah membantu Sri Ranggah Rajasa untuk menyatukan Jawa. Di mana saat itu, wilayah Maribong masih menjadi satu kesatuan dengan Jipang.
Maribong dalam prasasti, saat ini menjadi Dusun Merbong, Ngraho, Bojonegoro. Sebuah dusun yang berada persis di seberang Desa Loram Blora. Dan di Desa Loram, terdapat reruntuhan struktur batu bata dengan jumlah terbesar di sepanjang Bengawan Solo . Tempat yang juga tercatat pada Prasasti Pucangan (1041 M)
Prasasti Maribong menjadi salah satu sumber penting untuk mempelajari sejarah Kerajaan Singhasari , khususnya tentang pemerintahan Raja Wisnuwardhana dan kebijakan terkait tanah perdikan (tanah bebas pajak).
Referensi
- ^ Ningsih, Widya Lestari (2023/11/05). "Isi Prasasti Maribong Peninggalan Kerajaan Singhasari" .
- ^ Lokamaya, Branda. "Prasasti Maribong, Jejak Ilmiah Raja Wisnuwardhana di Bojonegoro" .