![]() |
Artikel ini memiliki beberapa masalah.
Tolong bantu
atau diskusikan masalah-masalah ini di
halaman pembicaraannya
.
(
Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini
)
|
Mare-Mare
|
|||||
---|---|---|---|---|---|
Negara |
![]() |
||||
Provinsi | Sulawesi Selatan | ||||
Kabupaten | Kepulauan Selayar | ||||
Kecamatan | Bontomanai | ||||
Kode pos |
92851
|
||||
Kode Kemendagri |
73.01.04.2004
![]() |
||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | - | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Mare-Mare
adalah sebuah
desa
yang berada di
Kecamatan Bontomanai
,
Kabupaten Kepulauan Selayar
,
Provinsi Sulawesi Selatan
,
Indonesia
yang dulunya bersama dengan Bonea merupakan Wilayah Keopuan Kadieng.
Sejarah
Di daerah Selayar Kuno masyarakat awalnya merupakan sebuah "komunitas tersendiri" yang berbeda dengan para penduduk dari wilayah "To Bawakaraeng Manai'" yang meliputi Pujananting (Barru), Pangkep, Maros, Kota Makassar, Gowa, Takalar, Je'ne'ponto, Bantaeng, Bulukumba, Sinjai dan sebagian dari bagian selatan Bone "di zaman itu" sebelum ada istilah Bugis-Makassar karena dulu sebelum ada istilah tersebut pada "bagian selatan Sulawesi Selatan" penduduknya disebut dengan To Bawakarang Manai' kecuali Selayar Kuno karena mempunyai komunitas tersendiri. Sementara di "bagian utara Sulawesi Selatan" penduduknya disebut dengan "To Latimojong Manai'". Masyarakat Federasi Keopuan Selayar pada saat itu dipimpin oleh Opu atau Kepala Wilayah dengan orang-orang yang bergelar "Lalaki" di masing-masing wilayah Keopuan Selayar. Berdasarkan Lontara Putabangun asal Tomanurung Batara Guru (Kakek Sawerigading) dari Selayar lalu ke Buton menjadi Pemimpin, adapun anaknya Batara Lattu (Ayah Sawerigading) ke Luwu menjadi Datu. Ketika I We Tenri Dio (Anak Kedua Sawerigading Opunna WarE' dengan I We Cudai Dg. Risompa Datu Cina' atau adik I La Galigo) kembali ke Selayar ia dijodohkan dengan sepupu sekalinya yang bernama Lalaki Sigayya.
Keopuan Kadieng sendiri adalah bagian dari Federasi Keopuan Selayar namun pada akhir abad ke 18 mengalami kekosongan kepemimpinan karena melakukan perlawanan kepada Belanda, adapun Opu Kadieng terakhir adalah Alm. Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng. Seiring berjalannya waktu demi keberlangsungan hidup masyarakat karena kevakuman Keopuan Kadieng, Mare-Mare menjadi Keopuan Regen Mare-Mare dan Bonea/Barugaiya menjadi Keopuan Regen Bonea pada Fase Keopuan Regen yang awalnya Mare-Mare dan Bonea/Barugaiya dalam Wilayah Keopuan Kadieng pada Fase Kerajaan sebelum kevakuman Keopuan Kadieng. Adapun yang menjadi Opu Mare-Mare berdasarkan Silsilah Lontara Alm. Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng bukanlah anak laki-laki serta cucu dari atau turunan garis laki-laki Alm. Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng, melainkan cucu dari turunan garis anak perempuan dari Alm. Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng yang kondisinya pada saat itu dimaklumi karena Para Pangeran Keopuan Kadieng melakukan perlawanan ke Belanda. Nantilah pada Generasi ke 3 Alm. Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng dari turunan garis laki-laki yang bernama Alm. Opu Moha (Mohammad) Dg. Ma'bakasa' (Adik dari Alm. Opu Bala Dg. Sibutta) yang menjadi Opu Mare-Mare pada 1862-1879 sekaligus Opu Mare-Mare Terakhir pada Era Regen sebelum Keopuan Regen Mare-Mare wilayahnya dilebur ke Keopuan Regen Bonea sebab lagi-lagi Keopuan Regen Mare-Mare vakum karena melalukan perlawanan ke Hindia-Belanda yang sudah mulai terlalu mendominasi atau leluasa mentang-mentang. Adapun generasi ke 5 dari turunan garis laki-laki Alm. Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng yang bernama Alm. Opu Sumarra Dg. Sijalling (Saudara dari Alm. Opu Salimun Dg. Siratang Opu Pattola/Mattola Ri Kadieng) yang kemudian membersamai Opu Regen Bonea (Alm. Muhammad Dg. Malewa) pada tahun 1910-1936 sebagai Opu Ponggaha Bonea, meskipun Alm. Opu Sumarra Dg. Sijalling adalah Pangeran Mare-Mare Lama (Keopuan Kadieng) yang merupakan turunan dari garis laki-laki Alm. Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng atau Opu Kadieng Terakhir namun karena Regen Bonea/Barugaiya dan Regen Mare-Mare awalnya sama-sama dari Wilayah Keopuan Kadieng yang vakum, sehingga secara etis Alm. Opu Sumarra Dg. Sijalling menjadi Opu Ponggaha di Keopuan Bonea pada tahun 1910-1936 yang pada saat itu kondisi Selayar sudah mulai stabil pasca Perang Besar di tahun 1905 oleh Kerajaan-Kerajaan Se-Sulawesi Selatan yang melakukan peperangan ke Belanda meskipun Kondisi Politik di Sulawesi Selatan secara keseluruhan barulah benar-benar stabil pada tahun 1926.
Berakhirnya Keopuan Selayar mulai dari Fase Keopuan atau Kerajaan hingga Fase Keopuan Regen adalah dengan Pelegowoan Tanah Keopuan oleh para Turunan Opu Fase Kerajaan dalam Wadah NKRI sebagai Totalitas Perlawanan kepada NICA. Berikut para Kepala Wilayah Keopuan Regen Mare-Mare berdasarkan keterangan The Opus Of Selayar : [ 1 ]
- Daeng Masalle ( -1819)
- Lahalang Daeng Ri Monsong (1826-1834)
- Jumarrang Daeng Rimakka ( -1852)
- Lolo Buki Daeng Mangalle (1852-1861)
- Moha Daeng Mabakasa (1862-1879)
Referensi
Lontara Putabangun
Silsilah Lontara Opu Lalaki Dg. Mangunjung Opu Ri Kadieng
La Galigo
Sejarah Sulawesi Selatan : Capita Selecta
Turunan Opu Keopuan Selayar
Pranala luar
- (Indonesia) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, dan Pulau tahun 2021
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- (Indonesia) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan
- ^ Primasari, Dewi (2019-06-13). "PROSES REVITALISASI TARI PAKARENA LAIYOLO OLEH SANGGAR SELAYAR ART DI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR" . Gelar : Jurnal Seni Budaya . 16 (2): 157. doi : 10.33153/glr.v16i2.2487 . ISSN 2655-9153 .