Irawan Soejono adalah seorang mahasiswa Indonesia yang diakui oleh Belanda sebagai pahlawan negara tersebut karena perjuangannya melawan Nazi Jerman selama masa pendudukan Nazi Jerman di Belanda ( 1940 - 1945 ).
Sebelum Perang Dunia II , Irawan Soejono adalah anggota Perhimpunan Indonesia di Belanda. Ayahnya adalah Raden Adipati Ario Soejono , orang Hindia Belanda (sekarang Indonesia ) pertama yang menjabat sebagai menteri dalam Kabinet Belanda (3 September 1940 - 24 Juni 1945) pimpinan Perdana Menteri .
Pada masa pendudukan Nazi Jerman di Belanda (1940-1945), Irawan bergabung dengan kelompok pejuang bawah tanah Binnenlandsche Strijdkrachten (Tenaga Pejuang Dalam Negeri) cabang Leiden. Di kalangan pejuang-pejuang perlawanan Belanda Irawan dikenal dengan nama Henk van de Bevrijding (Henk Pembebasan). Ia ditugasi menangani alat-alat percetakan bawah tanah dan radio untuk menangkap siaran-siaran Sekutu . Selain itu, ia juga menjadi anggota kelompok bersenjata perjuangan perlawanan Indonesia .
Irawan Soejono meninggal di usia 23 tahun di Leiden pada bulan 13 Januari 1945 . Saat itu ia sedang mengangkut sebuah mesin stensil yang digunakan untuk penerbitan perlawanan di bawah tanah. Hal ini diketahui oleh Gestapo , polisi rahasia Nazi Jerman , yang kemudian berusaha menangkapnya. Irawan berusaha meloloskan diri, tetapi ia ditembak hingga tewas.
Setelah gugurnya Irawan Soejono, kelompok bersenjata bawah tanah ini dikenal dengan nama Grup Irawan Soejono .
Penghargaan

Sebagai penghargaan atas perjuangan dan pengorbanannya, pada 4 Mei 1990 , pemerintah wilayah kota di Amsterdam , Belanda, menamai salah satu jalan di kota itu Irawan Soejonostraat (Jalan Irawan Soejono).
Pranala luar
- oleh Ibrahim Isa