
Dihyah al-Kalbi ( bahasa Arab : دحية الكلبي ) adalah sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari suku al-Kalabi . Ayahnya bernama Khulaifah bin Farwah bin Fadhalah. la memiliki wajah yang menawan dan diceritakan malaikat Jibril pernah turun mendatangi Nabi dalam rupa Dihyah al-Kalabi. Diceritakan bahwa Nabi hanya dua kali melihat malaikat Jibril dalam rupa yang sebenarnya. [ 1 ] Ia masuk Islam sebulan sebelum Pertempuran Badar sehingga ia tidak sempat mengikutinya. [ 2 ]
Ibnu al-Atsir mengatakan dalam kitabnya, “la (Dihyah) adalah sahabat Rasulullah yang ikut dalam Perang Uhud dan peperangan lain. Malaikat Jibril sering datang kepada Rasulullah dalam rupa dirinya. Rasulullah pernah mengutusnya kepada raja Mesir pada tahun 6 Hijriah. Ketika sang raja hendak menyatakan keimanannya, para pendeta Kristen koprik mencegahnya. Dihyah pulang dan menyampaikan kabar itu kepada Rasulullah, dan beliau bersabda, 'Allah akan mengokohkan kekuasaannya.'" [ 1 ] Mughirah berkata, “Dihyah al-Kalabi menghadiahkan dua kasut terbuat dari kulit kepada Rasulullah, yang kemudian beliau kenakan.”
Ketika masuk waktu subuh setelah Pertempuran Khandaq , Nabi pergi meninggalkan Khandaq, lalu kembali ke kota Madinah, dan kaum muslim pun meletakkan senjata mereka. Saat datang waktu Zuhur, malaikat Jibril a.s. mendatangi Nabi (sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Syihab al-Zuhri) dengan mengenakan surban dari sutra dan menaiki seekor keledai yang juga berpelana surra. Kemudian ia (Jibril) berkata, “Apakah engkau relah meletakkan senjata, wahai Rasulullah ? ” Nabi menjawab, “Benar.” [ 1 ]
Jibril berkara, “Para malaikat tidak pernah meletakkan senjata mereka, dan aku tidak kembali kecuali untuk urusan suatu kaum. Allah memerintahkanmu, Muhammad, untuk pergi menuju Bani Quraizhah dan aku pun akan pergi ke sana.”
Maka Nabi memerintahkan penyerunya untuk menyampaikan pengumuman kepada semua orang: “Wahai kaum, siapa saja di antara kalian yang mendengar dan taat, jangan kalian mendirikan shalat Ashar kecuali di kampung Quraizhah.”
Nabi memerintahkan Ali bin Abu Thalib untuk membawa panji kaum muslim menuju Bani Quraizhah diikuti semua pasukan. Maka, Ali bin Abu Thalib pun berjalan hingga tiba di dekat benteng mereka. Ketika itulah terdengar teriakan Bani Quraizhah yang melecehkan Nabi sehingga ia segera kembali menuju kemah pasukan dan bertemu Nabi di perjalanan.
Ali berkata, “Wahai Rasulullah, sebaiknya Tuan tidak mendekat ke tempar orang-orang yang terkutuk itu.”
Nabi bertanya, “Mengapa? Bukankah kau mendengar mereka berkata buruk tentang diriku?”
“Benar, wahai Rasulullah. Seandainya mereka melihatku, pasti mereka tidak akan berani mengarahkan keburukan sedikir pun.”
Ketika mendekati benteng mereka, Nabi berkata, “Hai keturunan monyet, apakah (kalian ingin) Allah menghinakan kalian dan menurunkan siksa-Nya atas kalian?”
Mereka menjawab, “Wahai Abul Qasim, kami tidak sebodoh (yang kaukira).” Maka, Nabi berjalan melewati para sahabatnya sambil membawa dua terompet dari tanduk. [ 1 ]
Sebelum tiba di perkampungan Bani Quraizhah ia bertanya kepada para sahabat, “Apakah kalian melihat seseorang melewati kalian? ”
Mereka menjawab, “Benar, wahai Rasulullah, Dihyah bin Khulaifah al-Kalabi melewati kami menunggangi keledai putih berpelana sutra.” Nabi berkata, “Itu adalah Jibril, yang diutus kepada Bani Quraizhah untuk mengguncangkan benteng mereka dan menyebarkan rasa takut dalam dada mereka.” [ 1 ]

Saat Nabi berkirim surat kepada Kaisar Bizantium , Heraklius , di Damaskus, Nabi mengutus Dihyah, Heraklius menyatakan kebenaran Muhammad saat bertanya pada Abu Sufyan yang kebetulan saat itu sedang di Damaskus berdagang. Begitulah pengaruh surat Nabi terhadap diri Heraklius yang bisa dipahami Abu Sufyan. Karena pengaruh itu pula akhimya Abu Sufyan memberikan sejumlah harta benda dan pakaian terhadap Dihyah bin Khalifah Al-Kalbi, pembawa surat Nabi. Di tengah perjalanan Dihyah berpapasan dengan sekelompok orang dari Judzam, yang kemudian merampoknya dan sama sekali tidak menyisakan harta yang dibawanya.
Saat Nabi hendak masuk rumah, Dihyah tiba dan langsung mengabarkan kepada beliau apa yang menimpa dirinya. Nabi mengutus Zaid bin Haritsah bersama 500 orang untuk pergi ke Judzam di belakang Wadil Qura'. Zaid melancarkan serangan gencar ke Judzam dan bertempur hebat, hingga akhirnya dia memperoleh kemenangan. Dia mendapatkan rampasan cukup banyak, berupa 1.000 ekor onta, 5.000 ekor domba, 100 tawanan wanita dan anak-anak. [ 3 ]
Setelah Pertempuran Khaibar , Dihyah mendapatkan bagian pampasan berupa seorang perempuan Khaibar bernama Shafiyah binti Huyay . Karena Allah hendak memuliakan perempuan itu, Nabi membelinya dari Dihyah kemudian menikahinya. Sebagai mas kawinnya adalah kemerdekaan Shafiyyah. [ 1 ]
Kematian
Setelah Perang Yarmuk , Abu Ubaidah mengirim Yazid dan Dihyah ke Tadmur dalam satu rombongan pasukan untuk membuka daerah itu. [ 4 ] Dihyah lalu pergi ke Muzzah di dekat Damaskus . la menetap di sana sampai ajal menjemputnya pada masa Khalifah Muawiyah bin Abu Sufyan . [ 1 ]
Referensi
- ^ a b c d e f g Muhammad Raji Hassan, Kinas (2012). Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi. Jakarta: Penerbit Zaman, hal.321. ISBN 978-979-024-295-1
- ^ Dzahabi, Imam (2017). Terjemah Siyar A'lam an-Nubala . Jakarta: Pustaka Azzam, hal 498. ISBN 978-602-236-270-8
- ^ Syaikh, Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri (2012). Sirah Nabawiyah . Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 978-602-98968-3-1
- ^ Katsir, Ibnu (2012). Terjemah Al Bidayah wa an-Nihayah . Jakarta: Pustaka Azzam. ISBN 978-602-236-044-5