Palasa | |
---|---|
|
|
Ploso,
Butea monosperma
di Taman Nasional Baluran , Jawa Timur |
|
Klasifikasi ilmiah
![]() |
|
Kerajaan: | Plantae |
Klad : | Tracheophyta |
Klad : | Angiospermae |
Klad : | Eudikotil |
Klad : | Rosidae |
Ordo: | Fabales |
Famili: | Fabaceae |
Subfamili: | Faboideae |
Genus: | Butea |
Spesies: |
B. monosperma
|
Nama binomial | |
Butea monosperma
|
|
Sinonim | |
Erythrina monosperma
Lam. (1786)
[
2
]
|
Palasa , plasa atau ploso ( Butea monosperma ) adalah sejenis pohon anggota suku Fabaceae . Pohon berbunga indah ini menyebar luas mulai dari India , Asia Tenggara , hingga ke Indonesia bagian barat. Dari bunganya yang jingga terang dihasilkan bahan pewarna alami.
Dikenal sebagai Flame of the Forest dalam bahasa Inggris , pohon ini memiliki aneka nama dalam bahasa-bahasa di India, seperti dhaak, palash, palaash, palah, palashpapra, polash, polashi, porasum, parasu, modugu, kela . [ 4 ] Di Asia Tenggara, tumbuhan ini disebut sebagai pouk-pen ( Burma ); chaa ( Kamboja ); chaan ( Laos ); thong kwaao, thong thammachaat ( Thai ). [ 5 ] Beberapa nama daerahnya, di antaranya, plasa ( Sd. ), plåså / ploso ( Jw. ), dan palasa ( Md. ). [ 6 ]
Pengenalan
Pohon kecil hingga sedang, 5–12(–20) m tingginya, menggugurkan daun. Batangnya biasanya bengkak-bengkok, dengan pepagan yang kasar memecah, cokelat abu-abu, menyerabut, mengeluarkan getah kemerah-merahan apabila dilukai. Ranting yang muda berambut rapat. [ 5 ]
Daun-daun majemuk beranak daun tiga, bertangkai lk. 7,5–20 cm , daun penumpu berukuran kecil. Anak daun kurang lebih menjangat, yang di samping bentuk bundar telur miring, yang di ujung bundar telur terbalik hingga belah ketupat, 12–27 cm x 10–26 cm, ujungnya tumpul, membundar atau cabik, pangkalnya membundar atau seperti baji, bertulang daun sekunder 7–8 pasang, berdaun penumpu. [ 5 ]
Bunga-bunga terkumpul dalam tandan sepanjang 5–40 cm yang terletak dekat ujung ranting yang biasanya tak berdaun. Kelopak membentuk tabung serupa lonceng bertaju-4 pendek. Mahkota sepanjang 5–7 cm; dengan bendera, sayap-sayap, dan lunas yang membengkok; ketiganya kurang lebih sama panjang; jingga-merah terang, jarang kuning; berambut sangat rapat. Benang-benang sari terbungkus lunas, 9 berlekatan dan 1 lepas; bakal buah menumpang, dengan tangkai putik melengkung. Buah polong tidak memecah, (9–) 17–24 cm × (3–)4–6 cm, bertangkai, tertutup rambut pendek kecokelatan, cokelat kekuningan pucat atau abu-abu bila masak, bawahnya rata, berisi satu biji yang terletak hampir di ujung. Biji memipih, agak jorong, sepanjang 3 cm. [ 5 ]
Ekologi dan agihan
Palasa ditemukan tumbuh secara alami di padang rumput terbuka dan di hutan-hutan campuran. Di Himalaya , pohon ini didapati hingga ketinggian 1.200 m dpl.; sedangkan di Jawa , ploso tumbuh terbatas di daerah kering terutama di bagian timur pulau, hingga ketinggian 1.500 m dpl. Palasa tahan terhadap kekeringan, dan dapat tumbuh baik di tanah-tanah yang bergaram dan tanah yang berdrainase buruk. [ 5 ]
Wilayah sebaran palasa meliputi Pakistan , India , Nepal , Sri Lanka , Bangladesh , Burma , Thailand , Laos , Kamboja , Vietnam , Malaysia , dan Indonesia barat. [ 3 ]
Manfaat
Penyamak kulit dan pewarna
Getahnya yang kemerahan akan mengeras di udara menjadi , yang dikenal sebagai ‘kino Benggala’ atau ‘gom Butea’. Gom ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pewarna, bahan penyamak , serta sebagai bahan pengelat ( ) dalam pengobatan tradisional, misalnya sebagai obat diare . [ 5 ]
Dari bunganya yang berwarna menyala dihasilkan bahan pewarna kuning [ 6 ] hingga jingga-merah tua; yang dipakai untuk mewarnai bahan sutera dan kadang kala katun . [ 5 ] Pewarna ini juga digunakan oleh orang-orang Hindu untuk menandai dahi. [ 5 ] Subtansi kimiawi dari pewarna jingga ini dinamai butein . [ 5 ]
Obat tradisional

Gomnya dipakai untuk menghentikan menceret. [ 5 ] Bijinya dimanfaatkan sebagai obat cacingan ; [ 6 ] biji ini memperlihatkan efek antelmintika (anti cacing), bakterisida, serta fungisida. [ 5 ] Minyak bijinya digunakan sebagai obat. [ 6 ] Daun mudanya yang ditumbuk digunakan untuk mengatasi sengatan kalajengking . [ 6 ] Bunganya dipakai untuk mengatasi gangguan pada hati . [ 5 ]
Kegunaan lain
Di India , palasa merupakan pohon yang penting untuk memelihara , yang menghasilkan . Dari antara berbagai jenis pohon inang kutu lak, palasa adalah yang tertinggi dalam menghasilkan sirlak perhektarnya. [ 5 ]
Menurut Heyne , kayu palasa tidak dapat dipergunakan karena mudah retak, melintir, dan mudah dimakan serangga ; kecuali sebagai kayu bakar . [ 6 ] Namun kadang-kadang kayu ini digunakan untuk membuat peralatan dan juga untuk bangunan. [ 5 ] Palasa digunakan pula dalam upacara keagamaan Hindu. [ 5 ]
Karena bunganya yang indah, palasa ditanam sebagai pohon hias, di taman atau di tepi jalan. [ 5 ] Palasa juga ditanam untuk menghijaukan tanah-tanah yang mengandung garam, yang biasanya sukar ditumbuhi pohon. [ 5 ]
Catatan kaki
- ^ Engler, H.G.A. & K.A.E. Prantl . 1894. Nat. Pflanzenfam. 3 (3):366 .
- ^ Lamarck, J.B. 1786. Encycl. 2 : 391 .
- ^ a b " Butea monosperma (Lam.) Taub" . Germplasm Resources Information Network . United States Department of Agriculture. 2006-05-18. Diarsipkan dari asli tanggal 2009-05-08 . Diakses tanggal 2009-10-24 .
- ^ Cowen, D. V. (1984). Flowering Trees and Shrubs in India, Sixth Edition . Bombay : THACKER and Co. Ltd. hlm. 3.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q Chayamarit, K. 1991. Butea monosperma (Lamk) Taubert Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine . In: Lemmens, R.H.M.J. and N. Wulijarni-Soetjipto (Editors). Plant Resources of South-East Asia No. 3: Dye and tannin-producing plants. Pudoc, Wageningen, The Netherlands, pp. 56-57
- ^ a b c d e f Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia 2 : 1033. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor.